Pengertian dan Klasifikasi Psikologi
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche = jiwa dan logos = ilmu, sehingga psikologi dapat didefinisikan: ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan berupa tingkah laku manusia. Gejala kejiwaan diklasifikasikan:
1. Gejala pengenalan (kognitif)
Meliputi:
Pengamatan: usaha manusia untuk mengenal dunia riil, baik mengenal diri sendiri, maupun mengenal dunia sekitarnya melalui panca inderanya, yaitu dengan: melihat, mendengar, membau, meraba, dan mengecap.
Agar orientasi pengamatan dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan aspek pengaturan terhadap objek yang diamati, yaitu:
1) Aspek pengaturan menurut sudut pandang ruang.
Dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian: atas-bawah, kanan-kiri, jauh-dekat, tinggi-rendah.
2) Aspek pengaturan menurut sudut pandang waktu.
Dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian: masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
3) Aspek pengaturan menurut sudut pandang Gestalt.
Obyek yang diamati diberi arti sebagai suatu kesatuan yang utuh, bukan sebagai bagian yang terlepas-lepas. Misal: dalam melihat rumah dipandang sebagai suatu bangunan secara utuh, bukan dipandang sebagai pakunya atau batu batanya.
4) Aspek pengaturan menurut sudut pandang arti.
- Obyek yang diamati diberi arti menurut artinya bagi kita. Misal: sebuah pabrik dan sebuah sekolah dipandang dari segi bangunan banyak menunjukkan persamaan, tetapi dipandang dari segi artinya menunjukkan hal yang sangat berbeda.
- Tanggapan: bayangan atau kesan yang tertinggal di dalam diri kita setelah kita melakukan pengamatan terhadap suatu objek.
Tanggapan tidak hanya dapat menghidupkan kembali apa yang telah diamati (masa lampau), tetapi juga dapat mengantisipasikan sesuatu yang akan datang, atau yang mewakili saat ini. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tanggapan dibedakan menjadi 3 macam:
1) Tanggapan masa lampau/ tanggapan ingatan.
2) Tanggapan masa yang akan datang/ tanggapan mengantisipasikan.
3) Tanggapan masa kini/ tanggapan representatif.
Berdasarkan indera yang dipergunakan untuk melakukan pengamatan, tanggapan dapat dibedakan menjadi:
1) Tanggapan visual – hasil pengamatan yang dilakukan dengan indera mata.
2) Tanggapan auditif – hasil pengamatan yang dilakukan dengan indera telinga.
3) Tanggapan olfaktorik – hasil pengamatan yang dilakukan dengan indera hidung.
4) Tanggapan gustatif – hasil pengamatan yang dilakukan dengan indera pengecap.
5) Tanggapan taktil – hasil pengamatan yang dilakukan dengan indera raba.
Tanggapan mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar, terutama dalam proses memperoleh pengertian. Proses tersebut melalui urutan sebagai berikut:
1) Pengamatan
2) Bayangan pengiring – bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna untuk beberapa saat, kemudian mengalihkan pandangan ke suatu latar belakang yang putih.
3) Bayangan eidetik – bayangan yang sangat jelas dan hidup, sehingga orang yang memiliki tanggapan seolah-olah mengamati kembali obyek atau peristiwanya.
4) Tanggapan
5) Pengertian.
Ingatan: kemampuan rohaniah untuk mencamkan, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan.
Fantasi: kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang telah ada, dan tanggapan yang baru tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Fantasi dibedakan menjadi:
1) Fantasi yang tidak disadari: melamun.
2) Fantasi yang disadari: fantasi mencipta (mengarang lagu, tarian), dan fantasi terpimpin/ tuntunan (mendengarkan sandiwara radio).
Kegunaan fantasi:
1) Fantasi merupakan sarana memahami orang lain.
2) Fantasi memungkinkan subyek melepaskan diri dari keterikatannya terhadap tempat dan waktu, sehingga memungkinkan bagi subyek untuk mempelajari ilmu bumi dan sejarah.
3) Fantasi dapat membantu subyek untuk bercita-cita.
4) Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi di alam riil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya fantasi:
1) Adanya waktu yang kosong.
2) Tidak adanya kesibukan yang menentu.
3) Adanya harapan-harapan (cita-cita) yang besar.
4) Adanya berbagai kesulitan pemecahan masalah.
5) Adanya berbagai macam kelemahan pribadi yang menyebabkan yang bersangkutan lari ke fantasi untuk membuat ego defence.
6) Sedang dirundung asmara, dll.
Asosiasi: hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain. Misal: jika kita menyebut tikus, maka kita akan teringat kucing.
Asosiasi terjadi berdasarkan hukum asosiasi sebagai berikut:
1) Hukum berurutan: beberapa tanggapan yang dialami seseorang secara berturutan, akan membentuk asosiasi.
2) Hukum serentak: beberapa tanggapan yang dialami secara serentak/ dalam waktu yang bersamaan, cenderung berasosiasi satu dengan yang lain.
3) Hukum kesamaan/ kesesuaian: beberapa tanggapan yang serupa, atau mirip, atau identik satu dengan yang lain akan berasosiasi.
4) Hukum berlawanan: tanggapan yang berlawanan satu dengan yang lain cenderung berasosiasi.
Berpikir: proses dinamis dimana subjek membuat hubungan antara objek dengan bagian-bagian pengetahuan yang sudah dimiliki.
Berpikir dibedakan menjadi:
1) Berpikir reflektif: kemampuan individu dalam menyeleksi pengetahuan (yang revelan dengan tujuan masalah) yang pernah diperoleh.
Proses-proses mental yang menyertai dalam berpikir reflektif adalah sebagai berikut:
a) Direction – perhatian dan minat yang diarahkan pada tujuan.
b) Interpretation – interpretasi terhadap hubungan-hubungan yang terdapat pada tujuan yang akan dicapai.
c) Selection – mengingat kembali dan memilih pengetahuan-pengetahuan yang sudah pernah diperoleh.
d) Insight – adanya pengertian individu tentang hubungan antara pengetahuan-pengetahuan dengan tujuan yang akan dicapai.
e) Creation – pembentukan pola-pola mental baru.
f) Criticism – Penilaian terhadap kesanggupan menyelesaikan permasalahan.
Langkah-langkah berpikir reflektif:
a) Individu merasakan adanya problem.
b) Individu melokalisasi/ memberi batasan kesukaran pemahaman terhadap problem.
c) Individu menemukan hubungan-hubungan (memformulasikan hipotesis-hipotesis).
d) Individu mengevaluasi hipotesis-hipotesis.
e) Individu menerapkan cara pemecahan persoalan kemudian menyimpulkannya.
2) Berpikir kreatif: proses berpikir melalui prosedur dengan cara-cara baru dan tak dapat dikira-kira sebelumnya sehingga memperoleh hasil yang orisinil.
Langkah-langkah berpikir kreatif:
a) Tahap persiapan – bahan-bahan atau pengetahuan dikumpulkan dan disusun secara integral dan terus-menerus.
b) Tahap inkubasi – kemungkinan besar aspek-aspek pernyataan yang kreatif bersifat samar-samar.
c) Tahap insight/ pemahaman – hasil proses berpikir yang kontinu sehingga individu sadar akan hubungan-hubungan yang sebelumnya tidak diketahui hingga menemukan pemahaman baru.
Kecerdasan/ intelegensi: kemampuan mengendalikan aktivitas-aktivitas dengan ciri-ciri sukar, kompleks, abstrak, ekonomis (tepat), bertujuan, bernilai sosial, dan menampakkan adanya keaslian, serta kemampuan untuk mempertahankan kegiatan-kegiatan seperti itu dalam kondisi yang memerlukan konsentrasi energi dan berlawanan dengan kekuatan-kekuatan emosional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan:
1) Faktor bawaan/ warisan: orang tua
2) Faktor lingkungan: gizi yang dikonsumsi dan rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional.
2. Gejala perasaan (afektif)
è Gejala psikis yang bersifat subyektif, berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
Perasaan dibedakan sebagai berikut:
Perasaan jasmaniah:
1) Perasaan indriah: sedap, asin, pahit, dll.
2) Perasaan vital: segar, lemah, tak berdaya, dll.
Perasaan rohaniah: perasaan keagamaan, intelektual, kesusilaan, keindahan, sosial dan harga diri.
3. Gejala kehendak/ psikomotorik/ motif (konatif)
è keadaan dalam pribadi manusia yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan bentuknya, motif digolongkan sebagai berikut:
- Motif bawaan: motif yang dibawa sejak lahir tanpa dipelajari. Misal: makan, tidur, dll.
- Motif yang dipelajari: motif yang ditimbulkan karena dipelajari. Misal: berteman, bersahabat.
Berdasarkan sumber rangsangan, motif dibedakan sebagai berikut:
- Motif ekstrinsik: motif yang terjadi karena pengaruh rangsangan dari luar.
- Motif instrinsik: motif yang terjadi karena pengaruh rangsangan dari dalam diri sendiri.
Berdasarkan isi, motif dibedakan sebagai berikut:
- Motif jasmaniah. Misal: refleks, insting, nafsu, dan hasrat.
- Motif rohaniah yaitu kemauan.
4. Gejala campuran (kombinasi)
è campuran dari kognitif, afektif, dan konatif. Ada 3 macam gejala campuran yaitu:
Perhatian
Ada 2 macam arti perhatian:
1) Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada sesuatu obyek.
2) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas.
Berdasarkan cara kerjanya, perhatian dibedakan sebagai berikut:
1) Perhatian spontan: perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak subyek.
2) Perhatian refleksif: perhatian yang disengaja atau sekehendak subyek.
Berdasarkan intensitasnya, perhatian dibedakan sebagai berikut:
1) Perhatian intensif: perhatian yang banyak menyertakan aspek kesadarannya.
2) Perhatian tidak intensif: perhatian yang tidak banyak menyertakan aspek kesadarannya.
Berdasarkan luasnya, perhatian dibedakan sebagai berikut:
1) Perhatian terpusat: perhatian yang tertuju pada lingkup obyek yang sangat terbatas.
2) Perhatian terpencar: perhatian yang tertuju pada lingkup obyek yang luas atau tertuju kepada bermacam-macam obyek.
Sugesti – pengaruh yang diterima oleh seseorang yang datangnya dari luar atau dalam diri sendiri yang mengesampingkan pikiran, perasaan, dan kemauan.
Oto sugesti: pengaruh yang datangnya dari dalam diri sendiri.
Kelelahan
Kelelahan terjadi jika orang melakukan banyak kegiatan, baik fisik yang bersifat jasmani atau rohani, sedangkan energi yang dipakai untuk melakukan kegiatan tersebut terbatas.
Kelelahan ada 2 macam:
1) Kelelahan jasmani: kelelahan karena akibat kegiatan fisik.
2) Kelelahan rohani: kelelahan sebagai akibat aktivitas otak.
Psikologi dibedakan menjadi:
Psikologi khusus diklasifikasikan menjadi:
1. Psikologi perkembangan – psikologi yang mempelajari perubahan-perubahan tingkah laku yang sejalan dengan umur (kehidupan sebelum lahir hingga usia tua).
2. Psikologi anak – psikologi yang mempelajari perkembangan masa anak-anak.
3. Psikologi sosial – psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam hubungannya dengan kelompok, terutama bagaimana tingkah laku individu dipengaruhi kelompoknya.
4. Psikologi klinis – psikologi yang mempelajari kelainan-kelainan tingkah laku, mengadakan diagnosis psikologik, serta psikoterapi, di samping mengadakan penelitian-penelitian dan pengetesan dalam bidang tersebut.
5. Psikologi industri – psikologi yang mempelajari masalah-masalah perusahaan atau industri.
6. Psikologi pendidikan – psikologi yang mempelajari penggunaan psikologi dalam masalah pendidikan.
7. Psikologi kepribadian – psikologi yang mempelajari sifat dan watak manusia.
8. Psikologi abnormal – psikologi yang mempelajari perilaku-perilaku menyimpang dari orang-orang yang mengalami gangguan atau kelainan mental.
9. Psikometri – psikologi yang mempelajari pengukuran dan mengembangkan tes.
A. Kedudukan Psikologi Pendidikan di Sekolah
Psikologi pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki segi-segi psikologi dalam situasi pendidikan (sekolah). Psikologi pendidikan sebagai bagian dari studi psikologi, berusaha sejauh mungkin untuk lebih berhasil dalam memformulasikan tujuan pendidikan, penyususunan kurikulum dan pengorganisasian proses belajar mengajar.
Psikologi pendidikan di sekolah berusaha memecahkan masalah-masalah, antara lain:
1. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar.
2. Teori dan proses belajar.
3. Hubungan antara taraf kematangan dengan taraf kematangan dengan taraf kesiapan belajar.
4. Perbedaan individu dan pengaruhnya terhadap hasil pendidikan.
5. Perubahan batiniah yang terjadi selama belajar.
6. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
7. Teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yang dicapai anak didik.
8. Perbandingan hasil pendidikan formal dan pendidikan informal atas individu.
9. Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan yang dimiliki para petugas pendidikan (guru).
10. Pengasuh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterima.
Mengingat pentingnya peran psikologi pendidikan di sekolah tersebut, maka kedudukan psikologi pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan tujuan pendidikan dan tujuan proses belajar mengajar.
B. Manfaat Psikologi Pendidikan sebagai Calon Guru
Calon guru yang sedang menjalankan pre-service training dan guru yang menjalani in-service training perlu memiliki pengetahuan tentang psikologik pendidikan, mengingat syarat-syarat mengajar yang efektif bagi tercapainya tujuan. Berikut ini dikemukaan persiapan psikologis sebelum menjadi guru:
1. Calon guru harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar psikologi perkembangan dan perilaku manusia.
2. Mempunyai keterampilan minimal dalam menggunakan teknik-teknik yang tepat untuk mempelajari kemampuan, minat dan tingkat kesiapan belajar siswanya.
3. Mampu mempertimbangkan nilai-nilai psikologik dari bermacam-macam prosedur mengajar.
4. Dalam menganalisis dan meneliti cara belajar, kekuatan dan kelemahan belajarnya sendiri setelah mempelajari aspek-aspek psikologik dari pendidikan.