Pembangunan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Indonesia, Tantangan Dan Peluang
Sejarah Peradaban Manusia mencatat bahwa 50 tahun terakhir peran teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian utama penentu gerak peradaban umat manusia. Sebutlah bidang kemanusiaan apa yang saat ini tidak tersentuh oleh teknologi informasi dan komunikasi ini. Bidang ekonomi, perdagangan, pertahanan keamanan, bidang sosial, pendidikan tidak ada satupun yang tidak tersentuh oleh teknologi informasi dan komunikasi.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang sangat jauh saat ini dan telah merevolusi cara hidup kita, baik terhadap cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, lebih baik, memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan.
Dengan teknologi informasi dan komunikasi semua proses kerja dan konten akan ditransformasikan dari fisik dan statis menjadi digital, mobile, virtual dan personal. Akibatnya kecepatan kinerja bisnis meningkat dengan cepat. Kecepatan proses meningkat sangat tajam di banyak aktivitas modern manusia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak aktivitas yang berubah menjadi sangat cepat, proses Analisa perdagangan (trading analytics) misalnya, yang dahulu membutuhkan waktu 30 menit sekarang hanya membutuhkan 5 detik; Operasional penerbangan (airline operation), yang dahulu 20 menit sekarang hanya 30 detik; Pertanyaan-pertanyaan yang diterima oleh call center (call center inquiries), yang dahulu membutuhkan waktu 8 jam, dengan bantuan expert information system sekarang hanya membutuhkan waktu 10 detik; Penelusuran posisi keuangan (track financial position), yang dahulu membutuhkan waktu 1 hari penuh, sekarang hanya 5 menit; Supply chain updates, yang dahulu 1 hari sekarang hanya 15 menit; Transfer dokumen (document transfer) yang dahulu 3 hari, sekarang hanya 45 detik; Aktifasi telepon (phone activation) yang dahulu 3 hari sekarang hanya 1 jam; Pemulihan gudang data (refresh data warehouse) yang dahulu 1 bulan sekarang hanya 1 jam; Penyelesaian dagang (trade settlement) yang dahulu 3 hari, sekarang hanya 1 hari; Pemesanan PC (build to order PC) yang dahulu 6 hari, sekarang hanya 24 jam.
Bagaimana memanfaatkan Teknologi ini untuk meningkatkan daya saing Nasional misalnya menjadi tugas yang tidak ringan1. Sampai dua tahun yang lalu daya saing Indonesia masih menempati urutan ke-58 dari 60 negara di dunia. Posisi ini kembali turun. Kurang dari dua pekan dari hari ini kembali kita mendengarkan adanya pengumuman ranking daya saing Indonesia yang kembali diturunkan peringkatnya sebagai negara yang memiliki daya saing yang rendah di dunia.
Human Development Index Indonesia pada Tahun 2004 masih menempati urutan ke-111 dari 177 negara dan urutan ke-5 dari negara ASEAN, E-Readiness Indonesia (kesiapan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, serta kebijakan lingkungan usaha dan sosial yang mendukung) pada tahun 2005 menempati urutan ke-59 dari 64 negara.
Realitas kondisi ini memberikan kesempatan yang luas bagi Tekonologi Informasi dan komunikasi untuk berperan lebih luas. Ruang perkembangan yang sangat luas inilah yang memberikan kesempatan bagi seluruh warga negara, bahkan termasuk para Lulusan Jurusan Ilmu Komputer Unika Parahyangan ini untuk ikut berperan mengisinya. Itulah mengapa topik Keynote Speech saya saat ini berkaitan dengan tantangan dan peluang bagi para lulusan Jurusan Ilmu Komputer.
Marilah kita berjalan-jalan melihat seluruh wilayah negeri ini. Marilah kita melihat-lihat garis pantai yang bahkan lebarnyapun akan jauh lebih panjang dibandingkan dengan panjang benua Eropa. Negeri kita memiliki garis pantai terpanjang di seluruh dunia. Apa yang dapat dilakukan oleh TIK terhadap kharakter khas alam negeri ini? Apa yang menjadi kelebihan dari garis pantai yang lebar, apa yang menjadi kekurangannya, apa yang menjadi kelemahan dan kekuatannya ?
Baru-baru ini kita mendengar keberhasilan Polri membongkar penyelundupan 1 Ton narkoba yang dikirim oleh para pengedar obat terlarang ini dari salah satu lokasi pantai dari ribuan kilometer garis pantai yang kita miliki. Dengan garis pantai yang ribuan kilometer yang kita miliki ini, sebenarnya membuat negeri ini menjadi sangat terbuka. Hampir tidak mungkin untuk mengendalikan dan mengontrol seluruh aktivitas yang dilakukan di titik-titik pantai di perairan laut yang kita miliki. Bagaimana TIK berperan dalam memecahkan masalah seperti itu ? Ada kesempatan yang luar biasa besar bagi TIK untuk ikut membenahi masalah-masalah seperti ini. Yang berarti terbuka peluang yang sangat luas bagi para lulusan ilmu komputer untuk ikut berperan langsung.
Marilah kita lihat sekarang kekayaan alam laut yang kita miliki. Bangsa kita ini memiliki sumber daya alam yang paling banyak ragamnya di muka bumi ini. Belum pernah ada sebuah lokasi yang memiliki keragaman kekayaan alam laut sebanyak yang diberikan oleh Tuhan kepada Bangsa ini.
Ada sebuah data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (Data September 2005) yang mengungkapkan bahwa di tahun 2005 ada sekitar 5 juta orang penduduk di Pulau General Santos Filipina yang menikmati hasil laut Indonesia dari sebanyak 250 kapal ikan Filipina yang menangkap ikan di Indonesia secara resmi. Data ini membuat ijin menangkap ikan yang tadinya diberikan terpaksa dihentikan pada tahun itu, karena diperkirakan terdapat jutaan ton ikan per tahun yang diangkut ke negara tetangga itu tanpa ada bagi hasil dengan Indonesia.
Dari data yang dimiliki oleh Departemen yang sama misalnya saat ini terdapat potensi lestari ikan laut sebesar 6,2 juta ton ikan yang baru tereksploitasi kurang lebih sebanyak 3,5 juta ton ikan saja (kurang dari 56 persen).
Sebanyak 65 % potensi ikan tuna dunia ternyata dimiliki oleh Indonesia. Sisanya 35 % dibagibagi di banyak perairan laut lain di muka bumi. Data yang luar biasa ini memberikan informasi kepada kita bahwa negeri ini sangat kaya raya. Jutaan dollar potensi hasil laut yang kita miliki dapat kita eksploitasi untuk menyediakan dana yang cukup bagi kesejahteraan negeri. Jutaan dollar potensi laut yang kita miliki akan memberikan dana yang cukup bagi puluhan juta keluarga miskin dan jutaan pengangguran yang ada di Indonesia ini misalnya. Di sinilah peran penting TIK di Indonesia. Peran penting TIK adalah membantu mengidentifikasi kekayaan yang dimiliki oleh negeri, membantu proses eksploitasi dan pemanfaataannya, serta membantu mengarahkan kelebihan yang dimiliki oleh kekayaan alam yang melimpah ruah ini untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh negeri.
Dalam aktivitas pengembangan embrio bisnis dikenal istilah technopreneurship. Sebuah aktivitas pengembangan usaha yang mengedepankan kemandirian dalam bidang permodalan kerja dan berorientasi pada utilitas dan penggunaan keunggulan teknologi termasuk teknologi informasi. Kita melihat dengan nyata bukti dari technopreneurship ini di Lembah Silicon.
Hampir 80 % usaha industri yang saat ini mendominasi dunia dibangun dari lembah silicon dengan pendekatan technopreneurship ini. Marilah kita lihat fenomena Google yang saat ini memiliki nilai bisnis lebih dari 120 milyar dollar yang mengungguli pendahulunya Yahoo yang saat ini memiliki nilai bisnis hanya 60 milyar dollar. Bandingkan nilai bisnis ini dengan misalnya nilai Bisnis PT Telkom Tbk. yang baru mencapai kurang dari setengah dari nilai bisnis Yahoo. Nilai bisnis besar yang dicapai oleh perusahaan-perusahaan berbasis TIK ini ternyata dibangun pada awalnya oleh pengembangan nilai-nilai technopreneurship di lembah silicon.
Kita bisa mengusung konteks technopreneurship ini dalam pemanfaatan keunggulan TIK di Indonesia terhadap berlimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia. Di sini dan dalam konteks yang sama para lulusan jurusan Ilmu Komputer dapat menemukan peran penting dan peluang yang sangat besar untuk tumbuh dan berkembang.
Terkait dengan hal ini juga perlu saya ingatkan lingkungan industri untuk memperhatikan sektor riset dan development. Panduan normal untuk alokasi dana Riset dan Pengembangan adalah sebesar 5 % s.d. 25 % dari total nilai penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. Besarnya nilai yang diinvestasikan untuk aktivitas R&D ini akan menjadi salah satu pendorong munculnya aktivitas terkait technopreneurship2. Pengalokasian dana lebih besar untuk aktivitas R& D ini akan mendorong lebih cepat technopreneurship.
Sebelum mengurai lebih lanjut betapa luasnya manfaat teknologi Informasi dalam kehidupan kita marilah kita melihat sebentar apa yang telah terjadi pada bangsa ini beberapa waktu yang lalu, serta apa peran Teknologi Informasi dan Komunikasi di sana.
Baru-baru ini ketika terjadi rangkaian bencana Tsunami dan gempa bumi besar di Pantai Selatan Pulau Jawa, Yogyakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam teknologi informasi dan komunikasi hadir membantu remediasi seluruh kehidupan masyarakat korban bencana. Ratusan ribu korban yang berguguran membuat aktivitas penanganan pasca bencana harus dilakukan dengan sangat cepat. Rusaknya infrastruktur jalan, jaringan telekomunikasi, instalasi listrik, perumahan, dan berbagai sarana penunjang aktivitas sosial lain membuat penanganan korban menjadi sangat tidak mudah.
Teknologi informasi dan komunikasi hadir dan memberikan banyak kemudahan dalam proses evakuasi terbesar dalam sejarah Republik ini. Dengan perangkat telepon satelit yang kecil dan mudah dibawa; proses evakuasi korban, pemberian bantuan, dan pemantauan keadaan korban bencana menjadi mudah dilakukan. Tidak terbayangkan apa yang terjadi di NAD dan Sumatera Utara, Pantai Selatan Pulau Jawa, dan Yogyakarta pasca bencana Tsunami dan gempa tanpa bantuan teknologi informasi dan komunikasi.
Di Nagroe Aceh Darussalam diakui atau tidak bencana Tsunami telah menyebabkan sebuah periode sejarah peradaban manusia Indonesia musnah dari Bhumi Serambi Mekah itu. Demikian juga di Yogyakarta, dan daerah-daerah pantai pesisir selatan Pulau Jawa.
Selain musnahnya jiwa dan harta, ada tak terhitung data dan informasi yang musnah pasca bencana tersebut. Informasi yang dikumpulkan selama ratusan tahun di Bhumi Aceh misalnya hilang bersama dengan ratusan ribu jiwa. Bahkan sampai saat ini Kita tidak tahu informasi penting apa saja yang telah hilang akibat bencana besar itu. Informasi itu mungkin sangat dibutuhkan di masa yang akan datang, dan sampai saat ini kita juga tidak mengetahui bagian Dunia masa depan adalah dunia yang dipenuhi jalinan informasi masa lalu dan masa kini yang rumit. Sebuah bangsa akan kehilangan jati dirinya jika ada setitik jalinan informasi ini yang hilang. Sampai saat ini ilmu pengetahuan masih belum mengetahui wajah integral kondisi masa lalu peradaban dan kehidupan yang ada di dunia. Banyak misteri tak terpecahkan yang muncul karena adanya missing link informasi. Dan missing link yang muncul ini terbukti banyak membuat manusia modern malah kehilangan jati dirinya, tak mengerti arah dan tujuan berkembangnya peradaban. Dan di masa kini missing link informasi ini bisa berarti munculnya banyak kerusakan besar di dunia.
Tugas kita yang hidup pasca bencana Tsunami yang baru lalu adalah bagaimana memanfaatkan keunggulan Teknologi Informasi ini untuk melindungi informasi di seluruh Indonesia, agar jika ada bencana atau kerusakan besar yang melanda, tidak lagi ada kemusnahan informasi massal yang membuat bangsa ini kehilangan jati dirinya.
Puluhan ribu bahkan ratusan ribu yang gugur pasca rangkaian bencana tersebut, memberikan pesan kepada kita yang masih hidup agar memanfaatkan teknologi informasi untuk menjaga informasi berharga di sekitar kita, untuk bekal kehidupan bangsa ini di masa depan.
Dengan nasabah yang masih berupa lembaran-lembaran kertas, bagaimana menyelamatkan obligasi, surat-surat berharga, yang saat ini sebagaian besar terbuat dari lembaran kertas. Dalam dunia pendidikan ratusan ribu arsip ijazah sekolah musnah. Dan jutaan data nilai hasil pendidikan ratusan ribu siswa di NAD juga hilang tersapu bencana. Bagaimana melalui proses legalisasi pendidikan jika data mengenai hasil pendidikan bertahun-tahun hilang seperti ini? Bukankah proses legalisasi pendidikan di Republik ini masih mengedepankan peranan lembaran kertas yang terlegalisasi ? Bagaimana nasib puluhan ribu lulusan pendidikan yang akan masuk dunia kerja tanpa adanya legalisasi hasil pendidikan ?
Bencana beruntun yang terjadi itu kita kembali diingatkan bahwa negeri kita berada di lokasi ring of fire, sebuah negeri yang paling banyak memiliki potensi terkena guncangan gempa.
Tidak bisa kita bayangkan betapa lebih hancurnya Bangsa Indonesia, jika bencana-bencana ini terjadi di Ibu Kota Jakarta, misalnya. Sebuah kota yang memuat lebih dari 99 % informasi tentang hidup dan kehidupan Bangsa Indonesia. Betapa banyak informasi vital Bangsa yang musnah jika bencana seperti ini terjadi di Jakarta.
Sungguh Tuhan masih mencintai bangsa Indonesia. Tanah serambi Aceh, Yogyakarta, pantai selatan Pulau Jawa, dan beberapa lokasi negeri ini, untuk kesekian kalinya telah memposisikan diri sebagai penyelamat seluruh Bangsa. Dengan bersedia menerima rangkaian bencana ini dari Tuhan, maka sebenarnya seluruh Bangsa Indonesia akan terselamatkan.
Bencana-bencana besar yang melanda, pada hakekatnya adalah salah satu bentuk kecintaan Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, untuk memberikan ruang pembelajaran besar bagi Bangsa ini terutama terhadap pengelolaan informasi. Hanya saja mampukah kita semua saat ini menarik hikmah besar dari peristiwa ini ?
Itulah sekelumit peran besar Teknologi Informasi dalam menyelamatkan Bangsa ini. Contoh kasus penanganan bencana yang terjadi di beberapa lokasi bencana dengan bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebenarnya telah menunjukkan wajah dan peran penting Teknologi ini bagi bangsa kita di masa kini dan masa-masa yang akan datang.
Transformasi telah terjadi di semua bidang hidup manusia akibat Teknologi Informasi. Sampai pertengahan 2006 yang lalu misalnya Time Magazine mencatat angka bisnis biro jodoh di internet mencapai lebih 500 juta dollar atau sekitar 5 Trilyun rupiah. Di dalam negeri akhir Maret 2006 yang lalu lebih dari 1 juta orang nasabah perbankan telah menggunakan mobile banking berbasis sms (sms-banking) pada 17 bank Nasional. Bisnis dan bahkan aktivitas personal saat ini dapat dilakukan dengan sangat efisien dengan bantuan Teknologi ini.
Sebagai gambaran betapa besarnya nilai transaksi yang berkait dengan aktivitas berbasis online ini misalnya dapat dilihat dari transaksi keuangan yang saat ini dilakukan Bank Indonesia dengan sistem RTGS (real time gross settlement). Volume transaksi yang dilakukan oleh sistem yang dibangun oleh Bank Indonesia saat ini telah mencapai rata-rata Rp 111 triliun rupiah sehari dari sekitar 18.900 transaksi (bandingkan dengan kliring harian sebanyak 300.000 warkat dengan jumlah rata-rata Rp.4,9 triliun)4? Aktivitas transaksi elektronik yang berasal dari kartu kredit, mesin ATM, transaksi elektronik antar perusahaan telah mencapai 81 Trilyun per hari.
Aktivitas E-Commerce dunia berbasis web juga telah mencapai nilai yang tidak kalah besar. Sebagai gambaran lain tentang besarnya pasar dan aktivitas manusia yang telah terhubung dengan aktivitas e-commerce adalah statistis jumlah pengguna internet di dunia dan gambaran kecepatan perkembangannya6. Pada tahun 1994 jumlah pengguna internet dunia hanya 3 juta orang. Jumlah ini berkembang dengan pesat dan dalam waktu 4 tahun pada tahun 1998 jumlahnya telah mencapai 100 juta pengguna7. Setiap hari jumlah pengguna internet telah berkembang sebanyak 600 ribu orang per hari8, sebanyak 1000 situs per hari tampil di internet pada tahun 2006 ini. Bandingkan juga data ini dengan data dari DFC Intelligent yang mengungkapkan penjualan game on line global mencapai nilai lebih dari 3 milyar dollar pada tahun 2006 dan diperkirakan akan mencapai 13 milyar dollar pada tahun 20119.
Pada tahun 2006 jumlah pengguna internet diperkirakan mencapai jumlah lebih dari 1 Milyar orang di seluruh dunia. Karakter pasar raksasa ini berbeda dengan pasar konvensional yang dibatasi oleh koridor ruang dan waktu. Pasar raksasa internet ini adalah pasar tunggal dengan karakter sangat terbuka. Tanpa melihat posisi negara yang berbeda dan tanpa melihat dan mengikutsertakan karakter produsen dan konsumen, maka pasar internet secara hakikat adalah pasar terbesar yang pernah dibangun oleh umat manusia.
Pada tahun 1996 penerimaan yang diperoleh dari konsumen e-commerce mencapai nilai sebesar 1,8 milyar dollar Amerika. Pada tahun 2002 mencapai nilai 26 milyar dollar Amerika.
Pada tahun 2002 jumlah ini berkembang pada kisaran 42,2 milyar dollar Amerika10. Besarnya nilai transaksi inilah yang membuat pengamat seperti Amy Harmon menjuluki E-Commerce sebagai the next big thing11, sementara internet sendiri sebagai infrastruktur utama ECommerce saat ini disebut-sebut sebagai the mainstream budaya saat ini.
Data pertengahan tahun 2006 ini menunjukkan industri terkait teknologi informasi berkembang sebesar 6,9 %. Industri jasa berkembang paling besar dengan tingkat perkembangan 10,4 %, disusul dengan industri aplikasi telematika 8,7 %, hardware 6,5 % dan perangkat komunikasi 7,8 %12.
Teknologi Informasi dan Komunikasi menjanjikan banyak keunggulan yang menjadi tugas kita bersama untuk terus mengelaborasinya. Ada tiga bagian utama pembangun teknologi informasi yang dirumuskan oleh para ahli sebagai kolaborasi dari 3 domain C (Computer, Communication, dan Content). Pakar teknologi informasi komunikasi yang lain merumuskan komponen pembangun itu dengan lebih sederhana yaitu terdiri dari komponen komponen Hardware, Software, dan Firmware.
Komponen Hardware sungguhpun terlihat kasat mata bentuknya, akan tetapi ternyata hanya merupakan kurang 30 % persen dari seluruh bagian sistem yang membangun Teknologi Informasi dan Komunikasi. Lebih dari 70 % komponen pembangun Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah software atau aplikasi (Data CITRAS Indonesia).
Artinya tanpa ada aplikasi maka sebuah mikro komputer, desktop komputer, LAP Top atau sebuah Palm Top, ataupun sebuah Super Computer hanyalah onggokan logam tersusun yang tidak dapat diambil manfaatnya selain oleh para pencari logam bekas. Sebuah komputer atau bahkan perangkat telekomunikasi seharga 300 juta dollar US seperti satelit hanyalah sebuah logam bersusun yang tidak dapat digunakan tanpa adanya aplikasi atau software yang menjalankannya, susunan logam tersebut hanya akan menjadi sebuah tubuh jiwa. Sesungguhnya JIWA dari Teknologi Informasi dan Komunikasi ternyata adalah aplikasi atau softwarenya.
Sama seperti manusia sesungguhnya yang paling berarti dan memberi makna kehidupan manusia adalah JIWAnya. Karena betatapun sentosa dan kuat fisiknya akan tetapi tanpa JIWA dia jauh beda dengan SEONGGOK BATU.
Sedemikian pentingnya sisi perangkat lunak dari Teknologi Informasi dan Komunikasi membuat pemerintah memutuskan membentuk Direktorat Aplikasi Telematika di bawah Departemen komunikasi dan informatika. Pembentukan Departemen Komunikasi dan Informatika dan khususnya Dirjen Aplikasi Telematika ini memang ditujukan untuk mendayagunakan kelebihan Teknologi Informasi untuk kemajuan bangsa.
Deretan angka ini masih ditambah dengan belum siapnya seluruh komponen Teknologi informasi dan komunikasi untuk digelar di seluruh Indonesia. Teledensitas, sebuah angka untuk mengukur penetrasi infrastruktur teknologi informasi misalnya masih menunjukkan angka 11 – 25% untuk kota besar, sementara untuk pedesaan baru mencapai 0.2%. Masih terdapat ± 43.022 desa tanpa akses telepon (64.4% dari 66.778 desa). Penetrasi infrastruktur telekomunikasi, 7.82 juta fixed line (±3% penduduk), ± 24 juta telepon selular (5.5% penduduk). Pelanggan Internet tahun 2004 di-estimasi sebesar 1.3 juta. Pengguna Internet tahun 2004 di-estimasi sebesar 12 juta. Sementara itu 80 % penggunaan bandwith internet saat ini masih untuk game online dan akses-akses non produktif lainnya.
Sementara di sisi lain kita dituntut oleh masyarakat internasional untuk segera merampungkan persiapan awal menuju Masyarakat Informasi Global.
WSIS – (World Summit on the Information Society) yang merupakan forum teknologi informasi dan komunikasi dunia di bawah badan PBB ITU (International Telecommunication Union) sepakat untuk mencanangkan pada Tahun 2015, rencana-rencana aksi sebagai berikut :
1. Menghubungkan Desa dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan membentuk Community Access Point;
2. Menghubungkan Universitas, Akademi, tingkat SMU dan SMP, tingkat SD dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);
3. Menghubungkan Pusat Ilmu dan Penelitian dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);
4. Menghubungkan Perpustakaan Umum, Pusat Kebudayaan, Museum, Kantor Pos dan Kearsipan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);
5. Menghubungkan Pusat Kesehatan dan Rumah Sakit dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);
6. Menghubungkan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dan membuat website dan alamat e-mail;
7. Mengadopsi seluruh kurikulum sekolah dasar dan menengah dalam menghadapi tantangan masyarakat informasi, harus diperhitungkan pada taraf nasional;
8. Memastikan bahwa seluruh populasi di dunia mempunyai akses untuk pelayanan televisi dan radio;
9. Mendorong pengembangan konten dan menempatkan pada tempatnya kondisi secara teknis dalam rangka memfasilitasi keadaan terkini dan penggunaan semua bahasa di dunia di Internet;
10. Memastikan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia mempunyai akses dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Paling tidak sampai dengan tahun ini ketentuan PBB melalui WSIS tersebut belum mampu kita penuhi dengan baik. Dari sinilah arti penting dan aktivitas pembangunan yang dilakukan dimulai oleh setiap bangsa di seluruh dunia.
Di dalam negeri perkembangan pasar peranti lunak selama ini masih menjadi target pasar bukan pemain. Dengan menjadi target pasar-pun, konsumsi Teknologi Informasi (TI) secara keseluruhan relatif masih sangat rendah terhadap konsumsi TI di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Konsumsi TI di Indonesia per-2005 hanya mencapai US$ 1,9 miliar, dimana 80% masih didominasi oleh peranti keras. Sementara itu, produk peranti lunak hanya mencapai 8% dan 12% diraih dari penjualan layanan peranti lunak. Bila peranti lunak digabung dengan layanannya, total menjadi 20% atau sekitar US$380 juta.
Sementara itu, berdasarkan riset dari Forrester Research, pasar peranti lunak secara global mencapai US$207 miliar. Bila diproyeksikan terhadap PDB, maka angka konsumsi TI Indonesia di atas hanya sekitar 0,7%. Sementara itu, konsumsi TI di India sudah mencapai 3% terhadap PDB negara tersebut. Di India, konsumsi TI tahun lalu mencapai US$18 miliar, sedangkan konsumsi di Amerika Serikat telah mencapai US$346 miliar. Mestinya Indonesia bisa mencapai US$3 miliar (angka ideal konsumsi TI Indonesia). Di lihat dari kondisi perkembangan TI sekarang, potensi TI Indonesia sebenarnya besar, namun juga menyimpan tantangan yang tinggi.
Sementara itu Peta Aktivitas Pengembang Aplikasi di Indonesia menunjukkan trend perkembangan sebagai berikut :
1. Jumlah Pengembangan Tingkat menengah ke atas ada 200 ISV (Independent Software Vendor); 15 go international
2. Konsentrasi terbesar ada di Jabotabek (>60%)
3. Anggota ASPILUKI: 94 ISV, perkembangan di daerah2: Jambi, Bali, Jogyakarta
4. Pertumbuhan di daerah2: Bali, Jabar, Jateng, Sumut, Jatim dst.
5. Terdapat Inisiatif pengembangan ‘software development centers
# Pemerintah & swasta: RICE – Regional IT Center of Excellence; ada tiga lokasi saat ini:
* RICE PT Inti di Bandung
* RICE Trisakti di Jakarta
* RICE Dinas Deperindag di Bali
# Universitas & swasta: BHTV, SalatigaCamp, Bogor Cyber Park, Cimahi Cyber City, TobaTech dsb.
Peta kondisi dalam negeri ini di sisi lain bercerita betapa besarnya peluang untuk membangun industri aplikasi dalam negeri. Sampai 25 tahun yang akan datang Industri Software akan menjadi industri yang paling penting di seluruh dunia(McFarlan et al). Peran software menjadi sebagai ‘key enablers’ untuk industri-industri yang lain (dari entertainment seperti film sampai dengan property, manufacturing, process, e-governement).
Sementara di sisi lain hasil survey Global menunjukkan trend umum bahwa negara dengan pertumbuhan TIK yang cepat memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat pula. Sementara pertumbuhan TI dalam survey yang sama ditentukan oleh besar pembelanjaan yang tepat pada bidang software dan layanan TIK.
Dari penurunan hasil survey Global tersebut dapat diambil kesimpulan tumbuhnya industri dan pasar legal software lokal akan mendorong tidak hanya pasar TIK tapi juga pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Pemerintah bersama seluruh stake holder Bangsa berupaya keras mencapai target besaranbesaran Masyarakat Informasi Indonesia ini.
Berikut ini adalah target utama pengembangan industri software yang akan dibangun di dalam negeri. Bersama dengan masyarakat, dunia usaha, dan industri target ini akan diraih bersamasama.
Di samping target terbangunnya industri TIK tersebut pemerintah saat ini sedang memperjuangkan dengan keras proses pembangunan Regulasi yang akan memberikan kepastian hukum yang lebih baik kepada para pengguna TIK di Indonesia. RUU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) saat ini sedang dalam pembahasan yang serius di lingkungan Pansus RUU ITE DPR-RI untuk dapatnya disahkan menjadi Undang-Undang.
Penggelaran aktivitas elektronik ini di Indonesia masih mengalami kendala dari sisi aspek legalitas dan dasar hukum bagi pelaksanaan dan pengembangan aktivitasnya. Kendala dari sisi hukum ini menjadi sisi terlemah dari penggelaran aktivitas berbasis TIK di Indonesia. Sebagai sebuah negara yang menjunjung tinggi nilai hukum kondisi ini tidak dapat diterima begitu saja di Indonesia.
Di hampir seluruh negara di dunia masalah ini memang masih menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan. Di Amerika Serikat jauhnya jarak pemahaman hukum dengan pemahaman digital atau pemahaman cyber melahirkan lusinan regulasi transaksi elektronik yang rumit dan teknis. Pemahaman aspek inti teknis yang rumit dari transaksi elektronik ini ternyata menyeret lusinan regulasi yang sangat teknis ke dalam domain hukum.
Akan tetapi rendahnya pemahaman mengenai domain TIK dari para penentu regulasi (legislatif dan juga eksekutif) tidak harus membuat kita tidak memiliki landasan regulasi yang cukup untuk melakukan aktivitas yang legal dalam pengelaran TIK. Kita doakan dalam beberapa waktu yang akan datang kita akan memiliki Undang-undang ITE yang akan mewadahi secara legal seluruh aspek aktivitas berbasis TIK yang ada di Indonesia.
Muara dari seluruh aktivitas pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah adalah tercapainya Masyarakat Informasi Indonesia pada tahun 2015 (MII 2015) yang akan datang. Masyarakat Informasi Indonesia ini adalah masyarakat yang mampu memanfaatkan keunggulan TIK di semua sektor sebagai sebuah faktor enabler bagi sektor tersebut. Masyarakat Informasi Indonesia 2015 juga akan memfasilitasi jalan tercapainya bangsa Indonesia yang maju dengan Teknologi Informasi.
Mengutip pesan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam sebuah pidatonya tentang peran Teknologi Informasi dan Komunikasi, bahwa sudah selayaknyalah pemanafaatan Teknologi informasi mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat luas, mendorong partisipasi masyarakat di dalam pemanfaatan Teknologi Informasi sehingga terwujud masyarakat yang cerdas yang selanjutnya akan mampu meningkatkan daya saing bangsa.