Nuansa-Nuansa Komunikasi Meneropong Politik Dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer
Dibandingkan dengan negara-negara maju seperti: Australia, Amerika, dan Jepang, anak-anak dan remaja di negara kita kurang terbiasa membaca buku. Disana mereka lazim membaca beberapa buku setiap minggu yang mereka pinjam dari perpustakaan. Tidak mengherankan bila setelah mereka dewasa pun mereka tetap gemar membaca. Di Jepang, para penumpang dewasa lazim membawa dan membaca buku ketika mereka berpergian dengan kendaraan umum. Mengapa anak-anak di negara asing itu memiliki minat labih besar daripada minat baca remaja di Indonesia? Jawaban yang lazim dikemukakan bahwa bangsa-bangsa maju tersebut memiliki tradisi membaca yang baik, selain terdapat banyak buku yang terbit setiap tahun. Harga buku relative murah, dan daya beli masyarakat tinggi. Ditambah lagi perpustakaan bertebaran dimana-mana. Sedanagkan di Indonesia kondisinya berbanding terbalik.
Satu faktor yang jarang dikemukakan dalam menelaah kurangya minat baca dikalangan bangsa kita adalah adanya hubungan yang erat mengenai kurangnya demokritasiasi dan komunikasi efektif dilingkungan pendidikan kita. Diakui bahwa pendidikan di negara kita sejak SD hingga perguruan tinggi pada umumnya berlangsung satu arah. Siswa atau mahasiswa dianggap orang-orang yang tidak tahu apa-apa, aeperti wadah kosong atau kertas putih. Murid harus patuh sepenuhnya pada guru, dan memahami pelajaran sebagaimana guru itu memahaminya. Konteks ini sangat nyata dan bisa dibuktikan dimana guru berdiri didepan, sementara anak-anak menghadap kedepan dan mendengarkan guru mengajar. Bandingkan dengan sebuah kelas di Australia misalnya, dimana anak-anak duduk diatas lantai, dibangku secara berkeliling atau setengah lingkaran dan guru mendorong anak-anak untuk mengemukakan gagasan-gagasanya, dengan pertanyaan terbuka “bagaimana” atau “mengapa”
Bila dinegara yang disebut diatas, guru berperan sebgai fasilitator, maka dinegara kita, guru atau dosen menjadi raja-raja kecil diruang kelas atau ruang kuliah yang merasa bahwa mereka adalah satu-satunya sumber kebenaran di kelas. Yang terjadi adalah indoktrinasi, berkedok pendidikan.
Iklim pengajaran yang kaku, otoriter dan paternalistic itu adalah salah satu saja hambatan terhadap pengembangan minat baca. Kegiatan membaca, sebagai satu kegiatan komunikasi secara keseluruhan. Kalau murid senantiasa disuapi oleh guru, maka rasa ingin tahu mereka tidak akan berkembang dengan maksimal.
Selain memiliki dampak positif terhadap pendidikan, ternyata komunikasi public dalam bentuk media elektronik, katakanlah TV diduga mengurangi kegiatan belajar anak, menghamabat imajinasi, kreativitas, dan sosiabilitas mereka. Selain itu, TV juga dengan tayangan-tayanganya yang penuh dengan kekerasan, dianggap membuat orang menjadi kurang peka terhadap kekerasan yang terjadi di sekitar mereka.
A. Diskusi Kelas: Wujud Penerapan Komunikasi Kelompok
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan sebagai suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Sebagai metode penyuluhan berkelompok, diskusi biasanya membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat. Berdasarkan hal tersebut diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode diskusi. Metode diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan, diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat.
Namun setiap metode pembelajaran yang di berikan pastinya ada manfaat atau kelemahannya, sehingga para guru harus memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat.
Jumlah anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5 (lima) sampai 20 (dua puluh) orang. Jumlah ini memudahkan anggota untuk berinteraksi dan memudahkan guru untuk mengkoordinasi jalannya diskusi.
Adapun tujuan diskusi adalah, pertama, untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat berkomunikasi secara lisan, Kedua, memberikan kesempatan kepada peserta dididk untuk menggunakan pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki. Ketiga, mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.
Dalam buku bertajuk “Effective Teaching”, Daniel Muijs dan David Reynolds menyatakan bahwa “Classroom discussion can help fulfil three major learning goals: promoting students’ involvement and engagement in the lesson by allowing students to voice their own ideas; helping them develop batter understanding by allowing them to thinks through and verbalize their thinking, and, finally, helping students obtain communication skills”
Dengan kata lain, diskusi kelas dapat membantu untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran: (1) meningkatkan keikutsertaan dan kegiatan siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyuarakan pendapatnya, (2) membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka, dan akhirnya (3) membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi.
Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok.
1. Penerapan Komunikasi Kelompok di Dalam Kelas
Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut :
a. Guru menentukan suatu masalah yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
b. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
c. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
d. Guru mengatur giliran pembicara supaya tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
e. Guru menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
f. Mengatur giliran berbicara agar semua siswa dapat menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
g. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok permasalahan.
h. Membuat catatan hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
i. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelompok
Adapun kebaikan Metode Diskusi kelompok didalam kelas adalah sebagai berikut :
a. Suasana kelas hidup, sebab para siswa mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi siswa menjadi lebih baik.
b. Siswa dapat belajar menghargai pendapat orang lain.
c. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan sebagainya.
d. Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi
e. Siswa dapat belajar bermusyawarah.
Adapun kelemahan Metode Diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
a. Diskusi pada umumnya dikuasai oleh siswa yang gemar berbicara
b. Bagi siswa yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
c. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari poko persoalan.
d. Membutuhkan waktu cukup banyak.
e. Sulit digunakan di tingkat rendah pada sekolah dasar.
B. Metode Ceramah: Wujud Komunikas Publik Dalam Dunia Pendidikan
Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan itu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode atau model pembelajaran baik metode pembelajaran klasik termasuk metode ceramah maupun metode pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang saling melengkapi satu sama lain. Metode ceramah itu sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya. Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :
1. Menurut Winarno Surahmad, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
2. Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik formal maupun informal.
3. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin, ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
4. Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.
5. Metode ceramah juga disebut juga kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata. Pengajaran sejarah, merupakan proses pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil dari penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi tersebut terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini karena tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat pembelajaran kurang pandai dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa. Jenis-jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah bervariasi, metode ceramah campuran dan metode ceramah asli.
Anggapan-anggapan negatif tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau metode ceramah.
Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini. Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.
Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng. Metode ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelemahan :
1. Mudah menjadi verbalisme.
2. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
3. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
4. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
5. Cenderung membuat siswa pasif
Kelebihan:
1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
6. Lebih ekonomis dalam hal waktu.
7. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
8. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
9. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
10. Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain