Analisis Kinerja Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Analisis Kinerja Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah sebuah teknologi yang dapat menghubungkan semua pemakai komputer, untuk berbagai tujuan, di seluruh dunia tanpa harus bertemu secara langsung. TIK sering juga disebut ICT (Information and Communication Technology). TIK adalah fasilitas yang dirancang untuk memudahkan manusia untuk berkomunikasi, baik secara tertulis (e-mail, forum,chatting, dll.), lisan, maupun visual (misalnya video conference). Dengan kemudahan-kemudahan yang tersedia dengan dukungan TIK tersebut, maka manusia dapat meningkatkan kompetensi dan kapasitas tertentu pada dirinya tanpa harus melalui institusi-institusi formal, seperti belajar di sekolah, di perguruan tinggi, di lembaga-lembaga kursus, dan lain-lian semacamnya. Terminologi TIK dan ICT dalam proposal ini akan digunakan secara bergantian sesuai peruntukannya.

Dengan peran TIK seperti yang digambarkan di atas, dan perguruan tinggi sebagai salah satu institusi yang berperan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas sumber daya manusia, jika ingin tetap mempertahankan atau meningkatkan peran tersebut, maka harus mengintegrasikan TIK sebagai salah satu media utama proses pembelajarannya selain dosen dan perpustakaannya. Perguruan tinggi atau institusi semacamnya yang tidak mampu mengoptimalkan peran internet dalam proses pembelajarannya, sangat mungkin akan ditinggalkan, cepat atau lambat, oleh stakeholdernya.

Dengan kesadaran akan besarnya peran TIK tersebut, dan kebutuhan akan data dan informasi yang cepat, akurat, dan komprehensif bagi setiap lini manajemen di lingkungan Unhas, maka sejak akhir tahun 80-an dibentuklah unt pelaksana teknis

(UPT Komputer). Untuk meningkatkan kinerja unit ini, pada tahun 1995 dibangun jaringan LAN kampus. Dengan adanya jaringan itu, maka pengelolaan data dan informasi diharapkan akan berjalan lebih baik, karena proses peremajaan data dapat dilakukan secara online pada setiap unit kerja yang bertanggung jawab dengan data tersebut. Rencana tersebut ternyata belum berjalan sesuai dengan harapan. 

Dari hasil analisis masalah diperoleh bahwa akar masalahnya terletak pada “struktur organisasi UPT Komputer yang kurang sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk mengatasi masalah tersebut, sejak tahun 2000, dilakukan reorganisasi kelembagaan pada UPT Komputer dan sekaligus mengubah namanya menjadi Pusat Informasi Universitas (PIU). Lembaga ini memiliki 3 (tiga) divisi, yaitu : (i) divisi pelayanan yang bertugas menyediakan informasi dan pelatihan kepada sivitas akademika Unhas dan masyarakat yang membutuhkan, (ii) divisi teknologi yang bertugas untuk mengkaji dan memanfaatkan TIK (Information and Communication Technology= ICT) serta memelihara dan meningkatkan kinerja jaringan kampus dan akses internet, dan (iii) divisi sistem informasi yang bertugas untuk mengelola Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas” (Renstra 2006-2010).

Sejak dibentuknya, PIU telah menunjukkan kinerja yang lebih baik. Keberhasilan ini banyak didukung oleh adanya proyek TPSDP-batch I yang dimenangkan UPT Komputer. Dengan proyek ini, ketersediaan dan kualitas jaringan dapat diperbaiki dan ditingkatkan, demikian pula beberapa perangkat lunak SIM dapat dikembangkan. Di samping itu, dengan alokasi dana dari universitas, PIU juga telah berhasil mendapatkan bantuan fasilitas pelatihan dan pelayanan yang dilengkapi sekitar 100 unit komputer dan askes internet. Fasilitas ini telah dimanfaatkan oleh sivitas akademika Unhas, baik sebagai media untuk mempelajari berbagai perangkat lunak komputer, juga untuk mengakses informasi melalui internet. 

Pada tahun 2003, Unhas memasang PABX yang memiliki kemampuan untuk mendukung komunikasi data. Jaringan PABX ini kemudian diintegrasikan dengan jaringan LAN Unhas yang sudah ada. Ditambah dengan upaya membangun Wave- LAN dengan menggunakan dukungan dana dari proyek TPSDP, maka pada pertengahan tahun 2004, kualitas jaringan komunikasi data di lingkungan Kampus Unhas menjadi semakin baik, sehingga akan semakin mampu mendukung SIM Unhas dan mendukung pemanfaatan ICT dalam proses pembelajaran. 

Seiring dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kinerja perguruan tinggi, maka sejak tahun 2004 sampai sekarang diluncurkan berbagai hibah kompetisi pada tingkat program studi, Jurusan, sistem support institusi, seperti TPSDP, SP4, Duelike, QUE, PHK-A1, PHK-A2, INHERENT, I-MHERE, PHK-I, dll. Proyek-proyek hibah tersebut ada yang fokus untuk mendorong perbaikan internal manajemen, peningkatan relevansi dan kualitas, dll. Salah satu hasil yang diperoleh dari proyek-proyek hibah tersebut adalah peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur ICT pada setiap unit pemenang PHK tersebut. 

Pada tahun 2006, melalui PHK INHERENT, dan pada tahun 2007-2009, melalui PHK I-MHERE, Unhas kembali mendapatkan bantuan yang sangat signifikan dari DIKTI untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas ICT-nya. Dari PHK INHERENT, Unhas telah berhasil menambah infrastruktur server sebanyak 14 buah, 13 buah server didistribusikan kepada fakultas, dan berhasil membangun 4 (empat) sistem informasi manajemen (SIM) dan mengembangkan satu SIM. SIM baru yang dimaksud adalah SIM Asset, Keuangan, Learning Manajemen System, dan Proxy Library, dan SIM yang berhasil dikembangkan adalah SIM Akademik, lihat (http:10.0.1.7). Sedangkan dari PHK I-MHERE, Unhas berhasil meletakkan berbagai dasar pijakan pengembangan TIK dan pengembangan SIM Keuangan dan Asset. Dasar-dasar pijakan yang dimaksud adalah sbb: 1. Kebijakan dasar pengembangan ICT (ICT policy), 2. Cetak biru (blueprint) ICT 2009-2013, dan Sistem dan Prosedur pengembangan ICT.

Selain itu, Universitas Hasanuddin juga menjadi salah satu percontohan pemerintah dalam penerapan TIK di Indonesia Bagian Timur, hal ini ditunjukkan dengan berbagai bantuan seperti program SOI (School of Internet), GDLN (Global Distance Learning).

Pada tahun 2007, Unhas kembali melakukan reorganisasi dari PIU menjadi PTIK (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi). PTIK ini memiliki 4 (empat) divisi, yaitu : (i) divisi SDM yang bertugas meningkatkan kompetensi TIK para sivitas akademika Unhas dan masyarakat yang membutuhkan, (ii) divisi Jaringan yang bertugas untuk mengkaji dan memanfaatkan TIK (Information and Communication Technology= ICT) serta memelihara dan meningkatkan kinerja jaringan kampus dan akses internet, (iii) divisi sistem informasi yang bertugas untuk mengelola Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas, dan (iv) divisi E-Learning yang bertugas untuk mengelola system pembelajaran berbasis elektronik. Pada tahun itu juga, Unhas membentuk tim ICT pada setiap unit kerja (Fakultas, Pusat, Lembaga, Biro, dan UPI) yang beranggotakan 3-4 orang yang dipimpin oleh 1 (satu) orang dosen sebagai kordinator. 

Pada pertengahan tahun 2008, Unhas kembali meningkatkan berkomitmen kuat untuk menerapkan TIK ini untuk mendukung citra Unhas menjadi world class university. Komitmen kuat tersebut dibuktikan dengan melakukan peningkatan kapasitas infrasturktur jaringan intranet (menerapkan teknologi fiberoptic), dan bandwidth internet yang sangat signifikan (dari 5 Mbps menjadi 40 Mbps dari TELKOM) sejak tahun 2008.  
Sejak tahun 2008 tersebut, Unhas memasuki era TIK. Semua unit kerja telah dihubungkan dengan infrastruktur intranet untuk mendukung internet baik melalui kabel serat optic (fiber optic) dan lainnya maupun nirkabel (wireless). Bahkan, sejak 2009 Unhas sudah memulai menyalurkan internet yang idel diluar jam kerja ke perumahan unhas Tamalanrea dan Baraya yang tidak dimanfaatkan di luar waktu kerja efektif Unhas (jam 16.00 s.d. 08.00). Tahun 2010 ini juga sudah ke perumahan UNHAS Antang. Upaya ini menunjukkan tingginya komitmen UNHAS dalam penerapan internet bagi civitas akademikanya.

Pertanyaan besar yang muncul dan mendorong penelitian ini dilakukan adalah, mengapa fasilitas TIK yang begitu banyak dan begitu canggih, dasar-dasar pijakan pengembangan TIK yang sudah sangat kuat, SDM yang menangani TIK yang begitu banyak, komitmen Unhas terhadap penerapan TIK yang sangat tinggi, masih belum memberikan dampak yang signifikan terhadap civitas akademika Unhas. Hal ini ditunjukkan dengan akses ke semua fasilitas TIK Unhas secara umum belum memuaskan.

Dari sejarah panjang peningkatan kapasitas infrastruktur TIK seperti yang dikemukakan pada latar belakang di atas, namun masih banyak permasalahan yang sering dimunculkan dipermukaan oleh para civitas akademika unhas. Adapun permasalahan-permasalahan yang sangat dominant tersebut adalah sbb: (1) belum optimalnya pemanfaatan fasilitas internet dan intranet Unhas, (2) masih adanya fasilitas sistem informasi manajemen (SIM) pada level UNHAS (http://10.0.1.7) yang tumpang tindih pada level unit yang dibawahnya, (3) informasi yang tersaji dalam SIM unhas, khususnya pada sistem informasi akademik, sistem informasi asset, dan system informasi keuangan masih sering tidak konsisten dengan SIM pada level dibawahnya, (4) fasilitas e-learning (learning mangemen system=LMS dan Proxy Library) belum dimanfaatkan dengan baik oleh para civitas akademika untuk menunjang pembelajaran, (5) belum jelasnya sistem pengelolaan infrastruktur TIK unhas bagi sebagian besar civitas akademika unhas.

Permasalahan umum yang sering muncul dipermukaan yang terkait dengan fasilitas internet dan intranet adalah kurang lacarnya akses ke internet melalui intranet unhas. Sebagian unit kerja menyatakan bahwa akses ke internet masih kurang lancar tetapi semakin membaik seperti Fak. Kedokteran pada umumnya, Fak Kesehatan Masyarakat, Fak. Kelautan, Sebagian Fakultas MIPA, Sebagian besar Fak. Teknik, Perputakaan, Kantor Pusat, Fak. Hukum, sebagian Fak. Ekonomi, sebagian Fak. Ilmu Budaya, Pascasarjana, Lembaga Pengabdian Masyarakat, Lembaga Penelitian, dll. Sebagian yang lain menyatakan masih seringnya akses ke internet mengalami kelambatan bahkan tidak ada aksess sama sekali. Permasalahan infrastruktur yang terkait dengan kelambatan akases inilah yang akan menjadi salahsatu fokus kajian utama penelitian ini.

Permasalahan yang terkait dengan tumpang tindihnya fasilitas SIM pada level Unhas dan pada level unit dibawahnya karena memungkinkannya setiap unit kerja membangun sendiri SIM berbasis elektronik melalui PHK tanpa adanya standarisasi data dan pengkodeannya pada level unhas. Permasalahan yang terkait terhadap tumpan tindihnya SIM yang akan menjadi salah satu fokus penelitian.

Permasalahan yang sering muncul dipermukaan yang terkait Sitem Informasi Manajemen (SIM) Unhas adalah kualitas informasi yang disajikan pada SIM tersebut. Beberapa unit kerja, khususnya yang telah mendapatkan PHK dari DIKTI atau lainnya, melakukan penerapan SIM pada level unit kerjanya. Meskipun Unhas sudah memutuskan untuk menerapkan SIM level unhas dan SIM level dibawahnya mengintegrasikan seluruh datanya pada SIM unhas, tetapi masih ada beberapa unit kerja yang masih tetap bertumpuh pada SIM pada unitnya masing-masing. Penerapan SIM yang tumpang tindih seperti ini sering memunculkan perbedaan informasi yang disajikan pada level SIM unhas dengan SIM dan dibawahnya, sehingga informasi yang disajikan dalam SIM unhas belum dapat dijadikan sebagai rujukan. Sementara masih banyak informasi yang dibutuhkan pada level SIM Unhas tidak tersedia pada level SIM dibawahnya. Permasalahan tumpang tindihnya penerapan SIM pada level yang berbeda inilah yang akan menjadi salahsatu fokus analisis pada penelitian ini.

Permasalahan yang sering muncul dipermukaan yang terkait dengan fasilitas e-learning adalah akses yang tidak lancar, bahkan lebih sering tidak dapat diakses melalui fasilitas intranet Unhas. Selain itu, belum ada komitmen kuat dari pihak manajemen tingkat unhas untuk memulai penerapannya. Selama ini pihak manajemen tingkat Unhas hanya memberi himbauan kepada civitas akademika untuk penerapannya.

Permasalahan yang sering muncul dipermukaan yang terkait dengan sistem pengelolaan infrastruktur TIK unhas adalah ketidak tahuan sebagian besar civitas akademika tentang sistem pengelolaannya. Mereka tidak tahu siapa yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan fasilitas infrastruktur TIK pada level Fakultas, Jurusan/Program Studi/ Bagian, sehingga pada umumnya mereka hanya memanfaatkan fasilitas TIK bila sedang berfungsi. Ketidak tahuan ini berimplikasi pada persepsi ketidak puasan terhadap pengelola TIK pada tingkat universitas, yaitu Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) Unhas.

Menurut Haryadi, teknologi informasi adalah “Teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir karena adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi”.

“The system by which the current and future use of ICT is directed and controlled. It in volves evaluating and directing the plans for the use of ICT to support the organization and monitoring this use to achieve plans. It includes the strategy and policies for using ICT within an organization” (Australian Standard on Corporate Governance of ICT, 2005.

Menurut Tifatul Sembiring, Menkominfo Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014, “Ada empat PR besar yang harus segera kita perbaiki dari sektor komunikasi dan informatika”. Beliau merincikan sbb: “pertama adalah Indonesia memiliki masalah dalam hal perbedaan kemudahan akses di kota besar dan daerah terpencil yang sangat besar. Persoalan kedua adalah kurangnya informasi edukatif dari media komunikasi tanah air. Ia berpendapat, komunikasi edukatif masih sangat lemah di mana 75 persen tayangan yang ada di media siaran Indonesia dinilai tidak mendidik. "Sebagai Menkominfo saya ingin komunikasi yang lancar dan informasi yang benar dalam arti lancar, mudah, dan bermanfaat", masalah yang ketiga yang menghadang dunia komunikasi dan informatika adalah infrastruktur ICT yang masih sangat lemah. "Dan persoalan yang terakhir adalah layanan informasi kita masih sangat kurang," (JAKARTA, KOMPAS.com, Rabu, 21 Oktober 2009). 

Menurut Wibawanto Hari, penerapan TIK pada lembaga pendidikan memungkinkan melayani berbagai kendala pembelajaran. “Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan, sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat, juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.”

Menurut Suwardi, peneliti Bidang Informasi, Pusat Analisis dan Informasi Kedirgantaraan, “E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi TIK) oleh pemerintah (seperti Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) yang memungkinkan pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang berkepentingan”. Unhas sebagai salah satu institusi pemerintah, dalam penerapan TIK-nya, seyogyanya terintegrasi dengan e-Government.

Menurut Cahyana Ahmadjayadi, Dirjen Depkominfo, Trend Teknologi Informasi Dan Komunikasi adalah Next Generation Network (NGN): ”NGN dirancang untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur infokom abad ke 21. Konsepnya lebih dari sekedar Internet yang digabungkan dengan PSTN (dan ISDN). NGN harus mampu mengelola dan membawa berbagai macam trafik sesuai kebutuhan customer yang terus berkembang. Jaringan tidak lagi diharapkan bersifat TDM seperti PSTN sekarang, melainkan sudah dalam bentuk paket-paket yang efisien, namun dengan keandalan dan kualitas (QoS) terjaga. Jika PSTN meletakkan kecerdasan pada network, dan Internet meletakkannya pada host, maka NGN menyebarkan kecerdasan pada network dan host. Feature layanan lintas media menjadi dimungkinkan”. Melihat trend tersebut, posisi penerapan TIK Unhas masih sangat jauh dari standard tersebut.

Merujuk Rekomendasi kebijakan ICT Unhas sbb:
1. Universitas harus membangun fondasi infrastruktur ICT yang handal sehingga memungkinkan universitas untuk mencapai posisi terdepan dalam skala nasional dan mendapat posisi yang membanggakan dalam skala internasional dibidang penyediaan, pemanfaatan, dan pelayanan ICT untuk mendukung manajeman universitas dan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi.
2. Infrastruktur jaringan harus dibangun dengan redundant network berbasis fiber-optik dan wireless sehingga memiliki ketersediaan layanan 99.5%, dengan mean-time-to-fix tidak lebih dari 2 jam. 
3. Infrastruktur jaringan harus mampu menghubungkan semua unit kerja dalam kampus beserta unit-unit pendukung (bank, koperasi, asrama, sarana olahraga, ruang senat, audiotorium, dsb). 
4. Infrastruktur jaringan harus menyediakan bandwidth akses jaringan informasi baik intra maupun internet untuk masyarakat kampus, minimal sebesar 5 Kbps/orang, yang dapat melayani akses data, informasi, suara, musik, video, dan objek multimedia lainnya.
5. Universitas menyediakan dana pengembangan dan perawatan sistem ICT minimal US$ 5 / orang / tahun, agar sistem ICT tetap terpelihara dan memiliki perangkat uptodate. 
6. Universitas harus menyediakan akses informasi, fasilitas komputasi, dan jaringan yang handal untuk setiap warga kampus (dosen, mahasiswa, staff) baik dari dalam lingkup kampus maupun dari luar kampus.
7. Program pelatihan, pengembangan SDM bidang ICT, dan program insentif harus ditetapkan dan diadakan secara reguler sehingga dapat memicu dosen, mahasiswa, dan staff untuk berkarya secara kreatif dalam memanfaatkan ICT dan secara innovatif membangun aplikasi ICT untuk keperluan tridharma perguruan tinggi
8. Harus dibangun suatu sistem basisdata yang ter-integrasi, dengan standarisasi interface dan standarisasi struktur, sehingga memungkinkan semua data dan informasi dilingkungan unit kerja baik tingkat jurusan, tingkat fakultas, maupun tingkat universitas, dapat diakses oleh warga kampus yang diberi hak akses, dari mana saja dan kapan saja.
9. Harus dibangun sistem informasi manajemen yang responsif (ontime, accurate, complete, precise) mendukung pengelolaan data dan informasi disegala bidang, baik pada bidang administrasi akademik, bidang administrasi personalia, keuangan dan asset, bidang administrasi kemahasiswaan, serta bidang administrasi pengembangan dan kerjasama, baik ditingkat jurusan, tingkat fakultas, dan tingkat universitas.
10. Harus dibangun suatu sistem intranet untuk mendukung aktivitas tridharma perguruan tinggi, seperti akses informasi dalam ruang kelas, di laboratorium, maupun di luar kelas.
11. Harus disediakan sarana akses di berbagai tempat dalam lingkungan kampus, baik berupa perangkat DTE maupun berupa sarana koneksi kabel dan koneksi hot-spot. 
12. Harus dibangun perpustakaan digital online yang terkoneksi ke berbagai perpustakaan online lainnya baik dalam lingkup nasional maupun internasional, dengan penyediakan e-book yang mampu melayani kebutuhan literatur dan referensi dari setiap warga kampus, serta bisa diakses dengan mudah oleh setiap warga kampus yang terdaftar.
13. Harus ada kebijakan dan prosedur yang mengatur akses, pemakaian fasilitas, pendayagunaan infrastruktur, serta sistem keamanan jaringan komputer, sehingga akses menjadi aman, data terlindungi, HAKI tetap dihargai, dengan tetap memberi kebebasan akses yang bertanggung jawab kepada semua warga kampus.

Sebagaimana telah diamanatkan dalam Renstra Unhas 2006-2010, Universitas Hasanuddin (Unhas) memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi institusi pendidikan tinggi yang unggul dan mampu membaharui masyarakat Indonesia memasuki era pengetahuan abad 21 (knowledge society). Salah satu ciri utama abad 21 ini adalah berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology (ICT) untuk selanjutnya disingkat TIK) yang sangat mempengaruhi tingkat kemajuan, kemakmuran, dan daya saing suatu bangsa.

Dari hasil kajian tim PHK I-MHERE 2007-2009 Unhas bersama tim Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) Unhas dan tim Technical Assitence bidan TIK yang dituangkan dalam dokumen cetak biru (blueprint) ICT Unhas. “Dengan penerapan yang tepat, TIK sanggup memberdayakan dan mencerdaskan masyarakat ke tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Dalam skala mikro, Unhas meyakini sepenuhnya bahwa hanya dengan melalui TIK yang tepat, visi dan misi unhas segera dapat direalisasikan. Dengan demikian pengembangan Unhas sebagai ICT-Based Campus merupakan suatu keniscayaan. Penerapan TIK yang tepat menuntut masyarakat kampus dan lingkungannya, civitas akademika Unhas terutama, untuk mampu menguasai teknologi ini sebagai salah satu kompetensi intinya. Dengan kata lain, tujuan pengembangan TIK di Unhas harus diarahkan untuk mendukung tercapainya visi dan misi Unhas dan meningkatkan peran civitas akademika Unhas untuk membaharui masyarakat Indonesia memasuki era pengetahuan. Pada saat yang sama pula, civitas akademika Unhas menguasai TIK sebagai sebuah kompetensi sesuai bidangnya”. Selanjutnya Visi TIK Unhas 2009-2013 untuk mendukung visi Unhas, maka yaitu “Menjadikan Universitas Hasanuddin sebagai kampus yang didukung sepenuhnya oleh ICT sehingga bisa membawa UNHAS menjadi universitas terdepan dalam pelayanan dan pemanfaatan ICT dalam manajemen universitas dan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, baik dalam skala nasional maupun internasional”. (Dokumen PHK I-MHERE Unhas, Draft Cetak Biru Penerapan TIK Unhas).

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang teknologi berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6).

Dari dokumen Renstra Unhas 2006-2010 menyatakan bahwa: “terdapat beberapa masalah yang perlu dipecahkan agar fasilitas ICT Unhas mampu berperan optimal dalam mendukung manajemen universitas. Pertama, adalah mendo rong dan memfasilitasi pimpinan Fakultas dan Unit Kerja untuk mengembangkan jaringan komputer di lingkungan kerja masing-masing. Ketiadaan jaringan interanet ini, merupakan kendala yang sangat berarti, karena proses peremajaan data pada tataran unit kerja menjadi terhambat. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kelangkaan jaringan pada tataran unit kerja banyak disebabkan oleh karena beberapa pimpinan unit kerja belum memprioritaskan upaya pengembangan SIM dan jaringan intranetnya, sehingga alokasi dana menjadi sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Komitmen yang kurang ini secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan motivasi staf yang bertugas mengelola SIM dan jaringan menjadi sangat rendah. Selain itu, terdapat pula beberapa unit kerja yang kemampuannya memang sangat terbatas. Untuk kasus seperti ini, pimpinan universitas turun tangan membantu. Kedua, adalah masalah ketersediaan sumberdaya manusia. Sebagaimana disinggung sebelumnya, kekurangberhasilan pengembangan SIM Unhas di masa lalu banyak disebabkan oleh kurangnya dukungan staf. Pengoperasian SIM membutuhkan staf dengan kualifikasi khusus yang umumnya tidak tersedia. Oleh karena itu, Unhas harus menyelenggarakan program pelatihan yang terencana dengan baik. Di samping itu, Unhas perlu pula memberikan perlakuan yang proporsional kepada staf yang telah terlatih, karena tanpa adanya perlakuan itu, mereka akan mudah terpengaruh pada peluang-peluang yang ditawarkan pihak lain kepada mereka. Ketiga, mendorong dan memfasilitasi agar PIU dapat berkembang sebagai value center, yaitu sebagai pusat pelayanan pengembangan SIM dan pemanfaatan ICT bagi institusi pemerintah dan masyarakat, pelayanan akses internet dan content provider, serta mendukung penyelenggaraan program Distance Learning. Jika PIU dapat menggapai posisi ini, maka tidak saja pelayanan informasi akan menjadi semakin prima, tetapi juga akan membuat PIU tidak lagi tergantung kepada dukungan dana universitas, malah sebaliknya.

Demi mewujudkan “Citra Unhas 2010", maka pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, diupayakan dengan:

Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan PIU. Jangkauan dan kualitas pelayanan Pusat Informasi Universitas (PIU) ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kualitas Wide Area Network (WAN) serta Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas.

Pembangunan sistem basis data. Keberadaan sistem basis data yang handal merupakan syarat harus bagi terbangunnya sistem informasi manajemen (SIM) universitas yang handal. Sistim basis data perlu dibangun secara terpusat pada PIU namun transaksi data harus terjadi pada unit kerja dimana data bersumber. Dengan pola ini, pengulangan proses input data tidak akan terjadi. Untuk tujuan ini, PIU harus dapat membangun kapasitas pada unit-unit kerja secara berkelanjutan untuk penanganan sistem basis data seperti ini.

Pengembangan knowledge management. Unhas perlu mengembangkan sistem yang menjamin pengelolaan pengetahuan yang sesuai dengan standar dunia. Hal ini penting karena knowledge merupakan sumber daya terpenting dan sekaligus merupakan aktivitas utama (core business) Unhas.

Mengingat posisi strategis kegiatan-kegiatas di atas, Pimpinan Universitas Hasanuddin bertekad menjadikan kegiatan tersebut sebagai prioritas utama dalam pengembangan institusi Unhas”.

Gateway jaringan komunikasi data Kampus Unhas terhubung ke Internet melalui internet provider dan Perguruan-perguruan tinggi lain di Indonesia melalui jaringan Inherent. Gambar berikut menunjukkan secara umum topologi jaringan yang saat ini ada di Unhas.

1. KERANGKA KONSEPTUAL
Variabel utama (dependen) penelitian ini adalah “optimaslisasi pemanfaatan TIK Unhas”. Variabel-variabel berpengaruh (independen) terhadap variabel dependen adalah “kinerja jaringan intrernet dan intranet unhas”, “Kinerja SIM yang diterapkan Unhas”, “Sistem dan prosedur pengelolaan TIK, dan “kinerja tim TIK pada semua level unit kerja di Unhas”. Sedangkan variabel kinerja jaringan internet dan intranet sangat dipengaruhi oleh variabel “Kompatibilitas dan sinergitas infrastruktur hardware pendukung jaringan intranet Unhas” dan “Kompatibilitas dan sinergitas infrastruktur internet Unhas dan Telkom” . Variabel kinerja SIM Unhas sangat dipengaruhi variabel “Keterintegrasian flatform database semua SIM yang diterapkan di Unhas”. Variabel kinerja tim TIK pada semua level unit kerja di Unhas sangat dipengaruhi oleh variabel “Kompetensi SDM pengelola TIK pada semua level menejmen” dan “Komitmen tim terhadap TUPOKSI masing-masing anggota tim”. Semua variabel independen tersebut juga saling berhubungan antara satu dengan lainnya.

Secara teoritis, fasilitas internet dengan 40 Mbps dari Astinet Telkom, 8 Mbps dari INHERENT (Indonesian Higher Education Network) , 2 Mbps dari GDLN (Global Distance Learning) dan 13 Mbps downlink dari SOI (School of nternet) dan intranet yang menghubungkan semua unit kerja sampai pada tingkat fakultas, lembaga, pusat-pusat degan infrastruktur jaringan fiber optik (FO), UTP dan DSL yang ada saat ini di Unhas sudah cukup memadai, bahkan sangat memadai. Kenyataan bahwa pemanfaatan fasilitas TIK terebut belum optimal tentu menjadi keperihatinan kita semua. Dari pementauan awal yang kami lakukan melalui MRTG (Multi Router Traffic Grapher) di PTIK Unhas, khususnya yang dari Astinet Telkom, menunjukkan bahwa bandwidth internet yang masuk ke Unhas belum sepenuhnya 40 Mbps setiap saat. Selanjutnya, dari laporan pemanfaatan bandwidth unit-unit kerja se Unhas (masing-masing 2-5 Mbps tergantung jumlah potensi penggunanya) melalui MRTG masing-masing menunjukkan bahwa hanya sedikit unitkerja saja yang memanfaatkan internetnya secara rata-rata di atas 60%. Namun kalau dilihat dari keluhan sebagian besar civitas akademika akan lambatnya, bahkan sering tidak ada koneksi internet di unitnya menunjukkan bahwa ada permasalahan teknis operasional yang menghambat sampainya internet pada pengguna nya.

Kompatibilitas dan sinergitas infrastruktur hardware pendukung jaringan internet dan intranet Unhas sangat mempengaruhi optimalitas jaringan intranet Unhas secara internal. Kedua issu tersebut terkait dengan teknologi infrastuktur jaringan yang dimanfaatkan. Idealnya, semua teknologi yang mendukung jaringan berasal dari pabrik yang sama, misalnya semua teknologi CISCO, dll. Perbedaan teknologi akan memberikan pengaruh terhadap kinerja jaringan internet dan intranet, dan pada umumnya memperlambat transmisi data dalam jaringan.

Kinerja SIM juga sangat mempengaruhi optimalitas pemanfaatan fasilitas TIK di Unhas. Masih ada beberapa unit kerja yang masih memanfaatkan SIM pada level unitnya sendiri dan belum memanfaatkan SIM (hasil PHK INHERENT Unhas 2006) yang peruntukannya sama pada level Unhas dengan alasan yang sangat bervariasi. Alasan yang paling sering dimunculkan oleh masing-masing pengguna SIM pada level unit adalah belum stabilnya akses melalui intranet ke SIM Unhas. Sementara ada unit kerja dengan konsisten menggunakan SIM Unhas sejak tahun 2007 dan merasakan cukup terbantu dengan fasilitas SIM tersebut untuk unitnya, seperti Fakultas Sastra (Fakultas Ilmu Budaya), Fakultas Kelautan. Kontradiksi dari kedua kelompok unit kerja tersebut menunjukkan bahwa permasalahan dominan yang ada sebenarnya bukan pada SIM Unhas, tatapi ada faktor lain yang perlu menjadi perhatian semua pihak yang terkait dengan pengelolaan SIM ini.

Keterintegrasian flatform database semua SIM yang diterapkan sangat berpengaruh terhadap kinerja SIM. Keterintegrasian disini menyangkut dua faktor, yang pertama menyangkut teknologi database yang diterapkan, seperti Sql, MySQL atau ORACLE. Yang kedua adalah standar format database yang diterapkan institusi. Perbedaan flatform database SIM yang diterapkan membutuhkan tambahan proses pengintegrasian data-datanya setiap kali terjadi proses terhadap masing-masing SIM yang berbeda flatform database. Akibatnya akan memeperlambat kinerja SIM. Meskipun flatform database SIM yang akan diintegrasikan sama, namun jika format database SIM yang akan diintegrasikan berbeda, maka proses pengintegrasiannyapun membutuhkan proses tambahan. Proses tambahan inilah yang akan mempengaruhi kinerja SIM secara keseluruhan. 

Sistem dan prosedur (Sisdur) pengelolaan TIK di Unhas juga sangat berpengaruh terhadap optimalitas pemanfaatan TIK di Unhas. Meskipun Sisdur, bahkan Kebijakan TIK (ICT Policy), dan Cetak biru TIK (blueprint ICT) Unhas 2009-2013 sudah dirumuskan melalui PHK I-MHERE Unhas 2007-2009, namun penerapannya belum dilakukan samapai saat ini. Sangat disayangkan jika produk-produk kajian akademik yang sudah dihasilkan tersebut tidak diimplementasikan secara terncana dengan baik. Penerapan Sisdur, Kebijakan TIK, dan Cetak biru TIK tersebut akan berdampak sangat positif pada pemanfaatan TIK Unhas.  
Kinerja tim TIK Unhas (Pengelola PTIK dan tim ICT Unit kerja) juga sangat berpengaruh terhadap optimalitas pemanfaatan TIK Unhas. Tim TIK Unhas, sejak 2007 sampai sekarang, masih bersifat adhock (diangkat dan ditetapkan untuk periode satu tahun melaui SK Rektor). Sejak itu, SK Rektor paling cepat muncul pada bulan April setiap tahun. Meskipun demikian, tim TIK tetap mengerjakan tugas-tugasnya pada masa tenggang waktu dari Januari sampai April tersebut, tetapi semua anggota tim secara formal tidak memiliki tanggung jawab lagi pada TIK Unhas. Selain itu, Tim TIK yang diusulkan oleh masing-masing unit kerja pada umumnya pegawai yang sudah sangat sibuk dalm bidang komputer pada unit kerjanya masing-masing, sebagian lagi yang diusulkan adalah pegawai yang belum memeiliki dasar yang baik tentang TIK. Ketiga faktor yang terkait dengan tim TIK Unhas tersebut akan semakin memperlemah posisi TIK dalam jangka panjang. Masalah ini tentu merupakan kelemahan yang sangat dominan dalam pemanfaatn TIK yang perlu segera diatasi oleh Unhas.

Kompetensi SDM pengelola TIK pada semua level sangat mempengaruhi kinerja tim TIK. Pengelolaan TIK sangat taat terhadap prisip “The right man on the right place”. Melanggar prinsip ini akan berakibat jangka panjang terhadap pemanfaatan TIK di Unhas. Dari hasil penelusuran awal terhadap SDM yang ada dalam tim TIK Unhas , sejak 2007, menunjukkan bahwa masih sering ada beberapa anggota tim TIK pada unit tertentu tidak tepat berada pada posisi tim TIK.

Melihat besarnya dan luasnya skala permasalahan TIK Unhas saat ini, maka perlu penelitian berkelanjutan untuk menemukenali akar permasalahan, dan memberikan alternatif solusi penyelesaian masalah TIK, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu, penelitian ini perlu dilakukan secara multi year dengan Road Map Penelitian seperti pada tabel berikut. Road map penelitian ini mengacu pada program pencapaian Visi TIK Unhas yang tertuang dalam dokumen draft cetak biru (blueprint) TIK unhas 2009-2013
No
Fokus Penelitian
Tahun
2010
2011
2012
1
Analisis kinerja infrastruktur TIK yang meli puti: Server, jaringan FO intranet kampus, kappa sitas band width, Data Center dan Pengembangan Disaster Reco very Center, Perangkat workstation, sistem monitoring jaringan computer, Pengimple mentasian cybersecurity dan cyberresponsibility strategies, guidelines, kompe tensi teknis staf orga nisasi pengelola TIK, Tren peng gunaan aplikasi opensource, Pemanfaatan TIK bagi civitas akade mika.



2
Analisis Kinerja penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas yang dikembangkan melalui Proyek Hibah Kompetisi (PHK) DIKTI.



3
Analisis kinerja pengintegrasian SIM dari berbagai unit kerja, baik SIM yang dibangun dengan dana PHK DIKTI, maupun lainnya.



 

Kumpulan Artikel News Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger