Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek

Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek
Dengan berjalanya waktu, orang memperoleh informasi dan memperlihatkan kecenderungan yang muncul kembali dalam menanggapi objek-objek di sekelilingnya. Pengadopsian pola dan perubahan tanggapan dalam diri mereka ketika menghadapi pengalaman baru itu adalah yang kita seut belajar. Belajar adalah kegiatan yang dipikirkan yang menyangkut modifikasi dan pengaturan kembali prilaku, termasuk citra dan interpretasi seseorang serta kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang berkaitan denganya.

Ada sejumlah cara untuk memikirkan belajar dan cara menguraikanya. Ada gunanya kita memfokuskan dua hal yang menekankan aspek komunikasi dari belajar. Yang pertama, dengan mengikuti petunjuk Deutsch, ialah memikirkan belajar sebagai kegiatan sibernetik.

Sibernetika adalah studi tentang manusia, hewan dan mesin. Yaitu diantara system konrol tersendiri. System control sendiri ini disebut juga dengan jaringan belajar yang memiliki organisasi komunikasi dan control tanpa mempedulikan bagaimanasistem itu berjalan dan bertukar pesan apakah melalui kata, seperti diantara orang-orang dalam organisasi sosial, sel saraf dan hormone makhluk hidup, atau isyarat elektronik didalam computer. 

Cirri utama dari system ini adalah bahwa siswa mendapatkan pemahaman belajar melalui umpan balik. System sibernetik ini adalah dapat menstimulus siswa melaksanakan tindakan sebagai tanggapan terhadap masukan informasi, dan mencakup hasil tindakanya sendiri dalam informasi baru yang digunakanya untuk memodifikasi perlakuanya siswa tersebut di kemudian hari.

Ada dua tipe balajar dalam diri siswa yang mengontrol sendiri. Yang pertama adalah belajar sederhana, dalam belajar sederhana, siswa menyesuaikan tanggapanya untuk mencapai tujuan, tujuan yang tetao dan tidak berubah dalam sepanjang hidupnya. Salah satu contoh, tujuan siswa adalah mengukir prestasi. Tujuan itu tetap, tetapi siswa tersebut menyesuaikan langkahnya untuk mencapai kearah itu.

Tipe belajar yang lain bersifat kompleks. Pada tataran ini, komunikasi dari belajar menenkankan sifat aktif, bukan reaktif. Sifat ini memandang belajar sebagai kegiatan simbolik dan meminjamnya dari pemikiran George Herbert Mead. Pada hakikatnya kegiatan itu (termasuk kegiatan disekolah-pen) sosial. Dan karena sosial dipelajari. Menurut teori Mead, siswa tidak langsung menanggapi tindakan orang lain, akan tetapi mereka menanggapi apa yang mereka percaya sebagai maksud orang lain. Akan tetapi siswa menanggapi apa yang ia percaya sebagai maksud orang lain (siswa lainya). 

Komunikasi memiliki fungsi yang amat penting. Menurut pengamtan Richard Denny, kondisi kehidupan dahulu dibandingkan dengan sekarang sangat jauh berbeda dalam hal komunikasi. Manusia saat ini memiliki sedikit sekali kesempatan untuk berkomunikasi dan mempelajari keterampilan yang berkaitan dengan manusia. Salah satu contoh, banyak diantara mahasiswa saat ini bergegas ke kampus setelah menyantap makan pagi senidirian. Diruang kelas mereka mengalami tekanan untuk berprestasi akademis. Dibandingkan dengan mahasiswa dulu, mereka kekurangan waktu untuk beraktivitas dan berinteraksi dengan mahasiswa lainya. Mereka kurang ambil bagian dalam bidang olahraga dan keterampilan hubungan antara manusia. Sekembali dirumah, banyak mahasiswa yang makan siang di depan TV, lagi-lagi seringkali seorang diri, lalu mungkin mengerjakan makalah dan duduk beberapa jam di depan komputer.

Dalam analisis Denny, menurutnya, TV tidak mendorong orang menjadi sika berbicara. Tentu saja TV sangat berguna tetapi ketika TV dinyalakan percakapan pasti akan berkurang. Akibatnya orang menjadi makin tertutup dan kurang ingin berbagi perasaan dan emosi. Mereka hampir tidak mempunyai waktu atau kecenderungan untuk bercakap-cakap dengan teman atau keluarga. Jika kondisi ini berlanjut tentu bukan hal mustahil akan terjadilah disharmonisasi dalam sebuah lingkungan keluarga. Disinilah letak pentingnya komunikasi tersebut.

Secara garis besar, fungsi dari komunikasi, menurut Onong Effendi hanya ada tiga hal yaitu: pertama, menyiarkan informasi (to inform) kedua, mendidik (to educate) dan ketiga, menghibur (to entertain).

Ada para ahli yang menambah fungsi selain dari tiga funggsi tersebut di atas seperti fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi membimbing (to guide), fungsi mengkritik (to criticize).Tetapi ini hanya tambahan saja terhadap ketiga fungsi tadi.

Sedangkan menurut Deddy Mulyana dalam sebuah bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi, ia merumuskan bahwa setidaknya ada empat fungsi dari komunikasi itu yakni sebagai berikut:

1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain leat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi, kita bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. 

2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif sangat erat kaitanya dengan komunikasi sosial. Komunikasi ekspresif dapat dilakukan baik sendirian ataupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilkukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyapaikan perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan non verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah, dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama melalui perilaku non verbal. Sebagai contoh, seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Atau seorang atasan menunjukkan simpatinya kepada bawahanya yang isterinya baru meninggal dengan menepuk bahunya.

3. Komunikasi Ritual
Erat kaitanya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mula dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, (nyanyian happy birthday dan pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Ritus-ritus lainya seperti berdoa (shalat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran idul fitri, Idul Adha atau natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka.

4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah prilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau inforasi yang disampaikan akurat dan layak diketahui. Ketika seorang dosen menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataanya dapat membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruang kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
 

Kumpulan Artikel News Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger