Konseling Kelompok yang Efektif
A. Konsep-konsep Dasar
There is a natural tendency for people to gather in groups for mutually beneficial purposes. Through groups, individuals accomplish goals and relate to others in innovative and productive ways (McClure, 1990). Ada kecenderungan alami bagi setiap individu untuk berkumpul dalam kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan yang saling menguntungkan. Melalui kelompok, individu dapat mencapai tujuan dan berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara yang inovatif dan produktif (McClure, 1990). People would not survive, let alone thrive, without involvement in groups. Invividu tidak akan mampu bertahan, apalagi berkembang, tanpa adanya keterlibatan dalam kelompok. This reliance and interdependence is seen in all types of groups from those that are primarily task-oriented to those that are basically therapeutic. Ketergantungan dan saling ketergantungan ini terlihat di semua jenis kelompok, mulai dari kelompok yang berorientasi pada tugas hingga kelompok yang pada dasarnya terapeutik.
In order to be effective, group leaders must be aware of the power and potency of groups.Agar efektif, pemimpin kelompok harus menyadari kekuatan dan potensi kelompok. They must plan ahead and they must be sensitive to the stage of development of the group. Mereka harus membuat perencanaan dan peka terhadap tahap perkembangan kelompok. Equipped with this knowledge they can utilize appropriate skills to help their groups develop fully (Gladding, 1994).Dengan pengetahuan ini pemimpin kelompok dapat menempatkan keterampilan yang sesuai untuk membantu kelompok agar mereka mampu berkembang secara optimal (Gladding, 1994). Proper preparation and strategic intervention increase the chance of running a counseling group smoothly and effectively. Persiapan yang memadai dan intervensi strategis meningkatkan kesempatan untuk menjalankan sebuah kelompok konseling dengan lancar dan efektif.
1. Tahap Awal Konseling Kelompok
A crucial element in starting counseling groups is making decisions beforehand.Sebuah elemen penting dalam memulai konseling kelompok membuat kesepakatan terlebih dahulu. Pregroup planning is the first step in the process. Perencanaan adalah langkah pertama dalam proses ini. Leaders design groups so that they will yield productive and pragmatic results for participants. Among the most important considerations are those associated with objectives, membership, rules, time, place, and dynamics.Pemimpin kelompok mendesain sehingga mereka akan menghasilkan hasil yang produktif dan pragmatis untuk peserta. Di antara pertimbangan yang paling penting adalah yang berkaitan dengan tujuan, keanggotaan, peraturan, waktu, tempat, dan dinamika.
2. Tujuan Konseling Kelompok
Group counseling involves individuals who are having difficulties they wish to resolve that are of a personal, educational, social, or vocational nature (Corey & Corey, 1992).Konseling kelompok melibatkan individu yang mengalami kesulitan dalam bidang pribadi, pendidikan, sosial, atau karir (Corey & Corey, 1992). These groups are primarily run in educational institutions or agencies. Konseling kelompok ini biasanya diselenggarakan dalam lembaga pendidikan atau lembaga bimbingan belajar. They deal with specific, nonpathological problems that members are aware of prior to joining and which do not involve major personality changes. Mereka menangani dengan spesifik, masalah yang nonpathological, anggota menyadari sebelum bergabung dan yang tidak melibatkan perubahan kepribadian secara besar. For instance, group counseling may focus on how members achieve such goals as relating better to their families, becoming organized, or relaxing in the presence of supervisors at work. Misalnya, konseling kelompok dapat berfokus pada bagaimana anggota mencapai tujuan atau yang berkaitan dengan membangun komunikasi lebih baik untuk keluarga mereka, menjadi terorganisir, atau lebih nyaman berhadapan dengan supervisor di tempat kerja.
3. Keanggotaan Konseling Kelompok
Group membership is either homogeneous or heterogeneous. Keanggotaan kelompok dapat homogen atau heterogen. Homogeneous groups are composed of individuals who are similar, such as adolescent boys, single parents or individuals working with grief and loss issues. Kelompok yang homogen terdiri dari individu yang sama, seperti remaja laki-laki, orangtua tunggal atau individu yang bekerja dengan isu-isu duka dan kerugian. Heterogeneous groups are made up of people who differ in background, such as adults of various ages with varied careers. Kelompok heterogen terdiri dari orang-orang yang berbeda dalam latar belakang, seperti orang dewasa dari berbagai usia dengan karier bervariasi. While homogeneous groups can concentrate on resolving one issue, their members may be limited experientially. Sementara kelompok-kelompok yang homogen dapat berkonsentrasi pada memecahkan satu masalah, anggota-anggota mereka mungkin terbatas berdasarkan pengalaman. In contrast, heterogeneous groups offer diverse but multifocused membership. Sebaliknya, kelompok-kelompok heterogen menawarkan masalah yang beragam.
Effective group leaders screen potential members before accepting them.Pemimpin kelompok yang efektif akan melakukan seleksi terhadap potensi anggota sebelum menerima mereka. Screening allows leaders to select members and members to select leaders and groups. Seleksi ini memungkinkan para pemimpin untuk memilih anggota dan anggota untuk memilih pemimpin dan kelompok. The ideal group size of eight to 12 allows members an opportunity to express themselves without forming into subgroups. Ukuran kelompok yang ideal dari delapan sampai 12, dengan jumlah ini memungkinkan anggota untuk mengekspresikan diri tanpa harus membentuk menjadi subkelompok. In order to help dispel and overcome misconceptions about groups, leaders can utilize pregroup interviews to identify fears related to upcoming Untuk membantu menghilangkan dan mengatasi kesalahpahaman, pemimpin dapat melakukan wawancara awal untuk mengidentifikasi ketakutan/ kekhwatiran dalam bergabung dalam konseling kelompok. Through feedback and explanation, misunderstandings can be immediately clarified and corrected (Childers & Couch, 1989). Melalui umpan balik dan penjelasan, kesalahpahaman dapat segera diklarifikasi dan diperbaiki (Childers & Couch, 1989).
4. Aturan Dalam Konseling Kelompok
Counseling groups run best when the rules governing them are few and clear. Kelompok konseling akan berjalan dengan baik ketika aturan yang mengatur mereka sedikit dan jelas. If there are more than a dozen rules, many members will tend to forget some of them. Jika ada lebih dari selusin aturan, banyak anggota akan cenderung lupa. Likewise, if the rules are vague, some members will inevitably violate the letter or spirit of them. Demikian juga, jika aturan tidak jelas, beberapa anggota pasti akan melanggar. In counseling groups, rules should follow the ethical standards of professional organizations, such as the Association for Specialists in Group Work. Dalam konseling kelompok, aturan harus mengikuti standar etika organisasi profesional seperti Association for Specialists in Group Work. Members should agree to keep each others' confidentiality, not attack each other verbally or physically, to actively participate in the group process, and to speak one at a time. Misalnya anggota sepakat untuk menjaga kerahasiaan satu sama lain, tidak menyerang satu sama lain secara lisan atau secara fisik, dan secara aktif berpartisipasi dalam proses kelompok, dan berbicara bergiliran.
5. Waktu dan Tempat Groups
Although counseling groups vary, members need a specific, consistent time and place to meet. Most groups meet for one and one half to two hours each week for 12 to 16 sessions. Meskipun anggota konseling kelompok bervariasi, meraka memerlukan kepastian waktu dan tempat untuk bertemu. Biasanya kelompok bertemu sekitar satu setengah sampai dua jam setiap minggu untuk 12-16 sesi. The meeting room should be quiet and inviting and away from other activities. Ruang pertemuan sebaiknya tenang, mudah dijangkau dan jauh dari kegiatan-kegiatan lainnya. Groups work best when chairs are arranged in circles where everyone feels a sense of equality with one another and the flow of communication is enhanced (Gladding, 1994). Sebaiknya kursi diatur dalam lingkaran di mana setiap orang merasa setara satu sama lain dan aliran komunikasi dapat berlangsung secara efektif (Gladding, 1994).
6. Dinamika Kelompok
Group member interactions appear simple but they are not. Interaksi anggota kelompok nampak seperti sesuatu yang sederhana tapi ternyata tidak. They are complex social processes that occur within groups and that affect actions and outcomes (Lewin, 1948). Group dynamics occur in all groups, and involve the interactions of group members and leaders over time, including the roles the members and the leaders take. Interaksi mereka adalah proses sosial yang kompleks yang terjadi di dalam kelompok dan mempengaruhi tindakan dan hasil (Lewin, 1948). Dinamika kelompok terjadi di semua kelompok, dan melibatkan interaksi anggota kelompok dan pemimpin dari waktu ke waktu. Individu akan membarikan dampak pada kelompok seperti pengaruh kelompok terhadap anggota. The number of group interactions increases exponentially as the size of groups grows. Jumlah interaksi kelompok meningkat secara eksponensial sebagai ukuran bahwa kelompok tersebut tumbuh. Therefore, keeping track of communication patterns in counseling groups is a demanding job. Oleh karena itu, melacak pola komunikasi dalam kelompok konseling adalah pekerjaan yang wajib.
The complexity of interaction is magnified by the fact that messages are sent within counseling groups on a verbal as well as a nonverbal level. Kompleksitas interaksi ini diperbesar oleh fakta bahwa pesan verbal yang dikirim dalam konseling kelompok setara dengan pesan nonverbal. The nature of this communication is crucial to comprehending what is happening within groups. Sifat komunikasi ini sangat penting untuk memahami apa yang terjadi di dalam kelompok. For example, a member who physically or emotionally distances from a group influences how the group operates as clearly as if he or she makes a statement. As groups develop, members frequently switch roles and patterns of interaction. Sebagai contoh, seorang anggota yang secara fisik atau emosional mebuat jarak dari kelompok akan mempengaruhi aktivitas kelompok tersebut. Sebagai kelompok yang berkembang, anggota sering berganti peran dan pola interaksi.
7. Tahapan-tahapan Kelompok
In addition to preplanning, effective group counseling leaders recognize that groups go through five stages: dependency, conflict, cohesion, interdependence, and termination. The stages are often called "forming, storming, norming, performing, and adjourning (Tuckman & Jensen, 1977). Recognizing group stages gives counselors an opportunity to devise or utilize appropriate leadership interventions. Selain tahap perencanaan, pemimpin kelompok yang efektif menyadari bahwa kelompok akan melalui lima tahap: ketergantungan (dependency), konflik, kohesi, saling ketergantungan (interdependence), dan terminasi. Tahapan ini sering disebut "forming, storming, norming, performing, dan adjouring (Tuckman & Jensen, 1977). Mengenali tahap kelompok konselor memberikan kesempatan untuk merencanakan atau menggunakan intervensi kepemimpinan yang sesuai.
Tahap The first group stage is "dependency" or forming.pertama adalah tahap dependency atau forming. At this time, group members are unsure of themselves and look to their leaders or others for direction. This process gives members an opportunity to explore who they are in the group and to begin establishing trust. Pada tahap ini, anggota kelompok masih mencari identitas dirinya dalam kelompok. Tugas pemimpin kelompok adalah mengeksplorasi dan melakukan identifikasi sehingga anggota kelompok percaya dan nyaman berada dalam kelompok. The second stage in group counseling is "conflict," or storming. Tahap kedua dalam grup konseling adalah "konflik," atau storming. It may be overt or covert. Ini mungkin terbuka atau terselubung. The type and amount of conflict that is generated relates to how much jockeying for position goes on in the group. Jenis dan jumlah konflik yang telah dibuat berhubungan dengan berapa banyak berebut posisi terjadi di dalam kelompok.
Stage three focuses on "cohesion," or norming, which can be defined as a spirit of "we-ness." Tahap ketiga berfokus pada "kohesi," atau norming, yang dapat didefinisikan sebagai semangat "kami-an." In it, members become closer psychologically and are more relaxed. Di dalamnya, para anggota menjadi lebih dekat secara psikologis dan lebih santai. Everyone feels included in the group and productive sharing begins to occur. Semua orang merasa termasuk dalam kelompok dan berbagi produktif mulai terjadi. In the fourth stage, performing, the main work of the group is begun. Pada tahap keempat, performing, pekerjaan utama kelompok dimulai. Interdependence develops. Interdependensi berkembang. Group members are able to assume a wide variety of constructive roles and work on personal issues. Anggota kelompok dapat mengasumsikan berbagai peran yang konstruktif dan bekerja pada isu-isu pribadi. The level of comfort in the group increases too. Tingkat kenyamanan dalam kelompok juga meningkat. This is a prime time of problem solving. Ini adalah waktu utama pemecahan masalah. It occupies about 50% of a typical group's time. Ini menempati sekitar 50% dari total waktu yang diperlukan. The final stage, adjourning deals with termination. Tahap akhir, adjouring berurusan dengan terminasi. Issues of loss in separating from the group are raised. Isu kehilangan memisahkan dari kelompok dibangkitkan. Celebrating the accomplishment of goals is also a primary focus within this stage. Merayakan pencapaian tujuan juga merupakan fokus utama dalam tahap ini.
8. Kecakapan-kecakapan dalam Konseling Kelompok
As with other groups, leaders of effective counseling groups need to employ a variety of interpersonal skills (Corey & Corey, 1992). Seperti dengan kelompok lain, para pemimpin kelompok konseling yang efektif perlu menggunakan berbagai keterampilan interpersonal (Corey & Corey, 1992). Among the most important of these are: Di antara yang paling penting di antaranya adalah:
a) active listening, where leaders are sensitive to the language, tone, and nonverbal gestures surrounding members' messages; a) mendengar secara aktif, di mana para pemimpin yang peka terhadap bahasa, nada, dan gerak tubuh nonverbal anggota sekitarnya 'pesan;
b) linking, where leaders help members recognize their similarities; b) menghubungkan, di mana para pemimpin membantu anggota mengenali kesamaan mereka;
c) blocking, where leaders keep unfocused members from disrupting the group by either redirecting them or preventing them from monopolizing conversations; and c) memblokir, di mana para pemimpin mengarahkan anggota dari membuat percakapan diluar konteks atau mencegah mereka dari memonopoli percakapan; dan
d) summarizing, where leaders help members become aware of what has occurred and how the group and its members have changed. d) meringkas, di mana para pemimpin membantu anggota menjadi sadar akan apa yang telah terjadi dan bagaimana kelompok dan anggota-anggotanya telah berubah.
Empathy, personal warmth, courage, flexibility, inquiry, encouragement, and the ability to confront are vital skills too.e) Empati, kehangatan pribadi, keberanian, fleksibilitas, penyelidikan, dorongan, dan kemampuan untuk menghadapi keterampilan sangat penting juga. Counseling group leaders must wear many hats in helping their groups make progress. Pemimpin konseling kelompok harus mengenakan banyak metode dalam membantu kelompok membuat kemajuan. The more skills within the counselors' repertoires the more effective they will ultimately become.