Siklus Kebijakan Berbasis Evidens Epidemiologi
A. Epidemiologi
Menurut Russel, mesin pendorong kemajuan umat manusia yang paling dahsyat adalah hasrat untuk memahami dan hasrat untuk beraksi memperbaiki dunia tempat mereka bermukim (Doglas, 1996). Pada disiplin epidemiologi, komponen pemahaman bermula dari pengamatan populasi dan berakhir pada penarikan kesimpulan tentang etiologi, proses kejadian dan riwayat alami berbagai masalah kesehatan masyarakat (kesmas). Komponen aksi bermula dari penggunaan avidens epidemiologi dalam proses pembuatan kebijakan dan berakhir pada evaluasi dampak kebijakan pada kesmas (Klainbaum at al., 1982).
Disamping kedua komponen tersebut, epidemiologi juga mengenal komponen etika karena menyangkut upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang menjadi hak azasi manusia. Komponen etika bermula dari pengembangan proposal studi di awal tingkat pemahaman dan berakhir setelah dampak evaluasi kebijakan di terminal komponen aksi (Doglas, 1996).
Dengan demikian, epidemiologi memenuhi kriteria kebenaran, kegunaan, dan nilai. Sebagai ilmu, epidemiologi kaya dengan konsep dan teori. Sebagai terapan, epidemiologi kaya dengan pengalaman empiris. Sebagai nilai, epidemiologi dikawal ketat oleh norma yang universal. Pemahaman epidemiologi secara utuh dapat dicapai melalui proses sintesa yang akan menghasilkan kerangka konsep berpikir baru yang spesifik.
B. Kebijakan Publik
Para ahli mendefinisikan kebijakan publik secara beragam, mulai dari yang sangat sederhana sampai yang kompleks. Kebijakan adalah seperangkat panduan yang diperlukan untuk mengambil keputusan (Spasoff, 1999). Kebijakan adalah seperangkat keputusan tentang alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka panjang tertentu (Ibrahim, 1885).Secara lebih sempit, kebijakan kesehatan diartikan sebagai keputusan pemegang otoritas sistem pelayanan pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesmas.
C. Ipidemiologi dan Kebijakan Kesehatan
Gagasan kebijakan kesehatan publik yang muncul bersama dengan gerakan promosi kesehatan, mengundang pemerintah mengembangkan kebijakan kesehatan di semua sektor. Epidemiologi menempati posisi sangat strategis dalam kebijakan kesehatan publik, karena terfokus pada populasi, pelayanan kesehatan, upaya pencegahan, dan informasi kesehatan. Fokus pada populasi mendorong kebijakan memandang populasi dan kasus, faktor resiko/program intervensi dan dampak pada kesmas serta validitas internal dan validitas eksternal secara sama penting. Dengan demikian, wabah yang mencerminkan peningkatan kasus adalah sama penting dengan endemisitas yang mencerminkan kerentanan populasi.
D. Siklus Kebijakan
Siklus kebijakan diawali dengan evaluasi kebijakan sebelumnya dan dilanjutkan dengan persiapan, pengembangan dan implementasi kebijakan (Ruwaard et.,al.,1994). Kerangka kerja kebijakan terpadu merupakan tahapan siklus dan konstribusi berbagai teknik analisis kebijakan (Dunn, 1981).
E. Penilaian Kesmas
Langkah awal proses pembuatan kebijakan kesmas adalah menilai kondisi kesmas, menjelaskan karakteristik demografi dan memahami kecenderungan populasi. Sumber informasi yang diperlukan meliputi sistem informasi rutin, survei rumah tangga, studi ekologi dan penilaian dampak lingkungan. Bencana arsen di Bangladesh akibat kebijakan pembangunan sumur pompa dalam, untuk memberantas penyakit diare (1993) adalah contoh nyata tentang penilaian kesehatan penduduk yang tidak dilakukan secara cermat.
F. Penilaian Intervensi Potensial
Metode intervensi potensial dinilai dan disintesis dari berbagai hasil studi epidemiologi tingkat individu. Penilaian tersebut dapat dilakukan mulai dari eksplorasi sederhana sampai makro simulasi komputer, atau model mikro simulasi yang kompleks. Dalam kasus arsen, pemerintah Bangladesh terlalu yakin bahwa penyebab utama kematian di negara berkembang adalah penyakit infeksi, kurang gizi dan apriori terhadap bahan berbahaya dan upaya intervensi alternatif modifikasi lingkungan yang lain.
G. Penentuan Kebijakan
Penentuan kebijakan pada dasarnya adalah proses membangun kesepakatan dengan menggunakan eviden epidemiologi untuk mengurangi ketidakpastian. Epidemiologi secara khusus menyediakan metode prediksi potensi dampak upaya intervensi terhadap masalah kesehatan. Perbandingan konstribusi berbagai metoda intervensi terhadap perbaikan masalah kesmas, dapat menjadi dasar penentuan intervensi yang efektif.
H. Implementasi Kebijakan
Konstribusi utama epidemiologi pada tahap implementasi adalah menata goal dan obyektif secara tepat, menyediakan basis rasional alokasi sumber daya dan menyarankan data pendukung untuk evaluasi. Goal merupakan pernyataan umum yang mendefinisikan situasi yang diinginkan. Dalam kasus program sumur pompa dalam di Bangladesh adalah akibat tidak dilakukannya pemantauan secara cermat dampak kesmas yang terjadi, sehingga gejala dan tanda keracunan arsen yang sangat jelas tidak terdeteksi secara dini.
I. Evaluasi Kebijakan
Epidemiologi dapat menggunakan metode surveilens untuk memantau derajat kesehatan terkini dan memprediksi kemungkinan dampak pada masa yang akan datang. Selain itu, epidemiologi dapat menggunakan rancangan studi kuasi eksperimental, studi ekologi multi level dan analisis kontekstual untuk menilai intervensi pada tingkat ekologi.
J. Potensi Petaka Kesmas di Indonesia
Selama bertahun-tahun, kebijakan pemberantasan penyakit DBD di Indonesia mengabaikan siklus kebijakan dan evidens epidemiologi. Program intervensi yang dilakukan secara reaktif dan terfokus pada nyamuk dewasa terbukti tidak efektif dan tidak mampu menggerakan partisipasi masyarakat secara berkesinambungan. Ketika terjadi wabah, masyarakat merasa tidak terbebani akibat biaya perawatan yang gratis. Bahkan, mereka cenderung menyalahkan pemerintah yang terlambat melakukan foging. Berhadapan dengan penyakit flu burung yang sangat menghebohkan akhir-akhir ini, dengan model kinerja pemberantasan DBD di Indonesia, tentu saja akan sangat memprihatinkan. Penyakit flu burung dengan riwayat alami, mekanisme penularan dam metode intervensi efektif yang belum diketahui, berpotensi sangat besar untuk menjadi petaka kesmas nasional.
0 komentar:
Posting Komentar