Pengertian Dan Fanfaat Data
Ada banyak pengertian tentang data, secara sederhana data dapat diartikan sebagai keterangan tentang sesuatu (www.ketut.web.id). Menurut Vercellis,(2009:6) dalam risyana.wordpress.com, data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara terstruktur, dengan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” Sedangkan menurut Wawan dan Munir (2006:1) dalam risyana.wordpress.com bahwa “Data adalah nilai yang merepresantasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan yang benar dan nyata. Data juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang digunakan atau dibutuhkan dalam penelitian dengan menggunakan parameter tertentu yang telah ditentukan (Priyatno:2008). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data merupakan suatu objek, kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas.
A. JENIS-JENIS DATA
Dalam sebuah penelitian, ada dua macam jenis data (Priyatno:2008), yaitu :
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka, tetapi berbentuk kata, kalimat, gambar, atau bagan.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Tipe-tipe data kuantitatif adalah sebagai berikut :
a. Data Nominal
Data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun (Moh. Nazir.2003).
Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama. Data nominal merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis. Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja.
b. Data Ordinal
Bagian lain dati data kontimun adalah data ordinal. Data ini selain memiliki nama (atribut) juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ini digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai paling tinggi atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir.2003), mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.
c. Data Interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diatur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara C dan A adalah 3 – 1 = 2. Beda prestasi antara C dan F adalah 6 – 3 = 3. Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi E adalah 5 kali prestasi A ataupun prestasi F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi B. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.
d. Data Rasio
Data rasio adalah data yang mempunyai rentang nilai 0 dan plus serta minus dari semua angka (Muhajir, 2007). Ukuran ratio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala ratio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. bila dilihat dengan ukuran ratio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan D adalah 5 kali pendapatan A. Pendapatan C adalah 4/3 kali pendapatan B. Dengan kata lain, ratio antara C dan A adalah 4 : 1, ratio antara D dan A adalah 5 : 1, sedangkan rasio antara C dan B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000. dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh lainnya adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala ratio. Bayi A memiliki berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala Ratio, maka bayi A memiliki ratio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B memiliki ratio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki ratio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data ratio.
B. JENIS-JENIS METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan data tentu diperlukan sebuah alat atau instrument pengumpul data. Arti konsep instrument dalam penelitian adalah alat ukur, yaitu dengan instrument penelitian ini dapat dikumpulkan data sebagai alat untuk menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Sehingga dengan menggunakan instrument yang dipakai tersebut berguna sebagai alat, baik untuk mengumpulkan data maupun bagi pengukurannya. Sebelum menetapkan pemilihan dan penyusunan instrument perlu diperhatikan tentang validitas dan reliabilitas instrument yang dipakai. Sebab dikhawatirkan terjadinya penggunaan instrument yang tidak valid dan tidak reliable, untuk itu perlu diketahui validitas dan reliabilitas suatu instrument terlebih dahulu. Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan menggunakan metode test dan metode non test.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Peneliti harus mengetahui dimana, bagaimana data itu diperoleh. Hal ini telah terpikirkan sewaktu peneliti melihat variable-variabel yang ada dalam masalah dan hipotesa penelitian.
b. Menyusun instrument sebagai alat untuk mengumpulkan data tersebut, serta telah menetapkan data mana yang betul-betul diperlukan dan data mana yang perlu diabaikan. Semuanya telah disusun oleh peneliti dalam instrument yang digunakan.
c. Sudah memikirkan siapa-siapa yang jadi responden peneliti dan bagaimana cara menghubunginya dan siapa-siapa yang dapat membantu peneliti dalam menyebarkan kuosioner atau instrument tersebut.
d. Orang yang membantu mengumpulkan data ini apakah sudah dipersiapkan dengan pengetahuan untuk itu atau dengan kata lain apakan peneliti telah melatih atau memberi petunjuk dalam melakukan tugasnya. Jika instrument peneliti adalah wawancara maka apakah pembantu peneliti ini telah dibekali dengan cara-cara yang baik untuk berwawancara dengan responden.
e. Apakah birokrasi yang perlu ditembus telah kita persiapkan dengan adanya surat-surat izin untuk meneliti seseorang atau instansi tertentu.
f. Jika semuanya telah dilakukan peneliti bertanya berapa jumlah data yang diperlukan. Apakah tidak mungkin terjadinya kekurangan jumlah yang peneliti inginkan karena ada instrument waktu pengisian tidak lengkap, tidak sempurna dan yang hilang, dan sebagainya. Untuk dapatnya data sesuai dengan yang diinginkan maka diperlukan agar peneliti memperkirakan kerusakan misalnya 10%. Untuk itu sebelum dijalankan sengaja kita tambahkan jumlahnya dengan 10% yang diperkirakan akan berkurang.
g. Setelah semua teknisnya dipenuhi, maka yang tidak kalah pentingnya adalah biaya transportasi untuk mengumpulkan data tersebut. karena kadang kala seseorang harus berkali-kali menemui seseorang utnuk wawancara atau untuk mengisi instrument yang dipakai. Oleh karena itu dalam suatu proposal, peneliti biasanya telah dapat memperkirakan berapa biaya yang diperlukan untuk biaya transportasi tersebut di samping biaya lainnya.
Untuk beberapa metode, istilah bagi instrumentnya memang sama dengan metodenya, yaitu :
1) Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes.
2) Instrumen untuk metode angket atau kuosioner adalah angket atau kuosioner.
3) Instrumen untuk metode observasi adalah check-list.
4) Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau dapat juga check list.
Untuk lebih jelasnya, maka akan dibahas metode dan instrument pengumpulan data satu per satu.
a. Pengumpulan data dengan Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang di miliki oleh individu atau kelompok. Dalam membicarakan tes ini akan disampaikan sekaligus alat ukur lain yang sifatnya terstandar. Ditinjau dari sasaran atau objek yanga kan dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain.
1. Tes kepribadian atau personality tes
Yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self konsep, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dsb.
2. Tes bakat atau aptitude tes
Yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
3. Tes intelegensi
Yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
4. Tes sikap atau attitude tes
Yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
5. Tes minat
Yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
6. Tes prestasi atau achievement tes
Yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda dengan yang lain-lain sebelum ini, tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan apa yang akan di teskan.
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes, atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.
b. Pengumpulan data dengan metode non tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan data-data yang dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes.
1. Angket atau kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Kuesioner lebih baik digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi daripada teknik wawancara, karena dalam wawancara peneliti harus mengadakan kontak langsung. Pertemuan langsung antara responden dengan peneliti ini memerlukan waktu yang banyak, apalagi bila harus menghubungi ratusan orang. Wawancara harus dilakukan oleh orang yang mahir dalam kontak personal dan tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Sedangkan menggunakan kuesioner dapat dilakukan oleh banyak orang untuk mengantar dan menjemput kuesioner tersebut setelah diisi oleh responden dan dapat pula dilakukan oleh peneliti secara masal dalam suatu kelas tehadap murid-murid atau mahasiswa dalam waktu yang singkat. Kuesioner bisa disusun dibelakang meja dengan tenang dan dapat direvisi setiap saat jika terjadi kesalahan. Kuesioner dapat pula dilakukan pngirimanya melalui kantor pos serta pengembaliannya dapat melalui kantor pos tersebut.
Bentuk kuesioner dapat pula berstruktur dab tidak berstruktur seperti pada persiapan wawancara, isinya sangat tergantung dari kebutuhan peneliti. Dalam menyusun kuesioner agar lebih tepat sasarannya dan lebih mudah dalam menganalisisnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mardalis:1989) :
1. Kuesioner disusun sejelas mungkin, untuk menghindari salah tafsir dari responden yang bervariasi.
2. Diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbeli-belit.
3. Setelah selesai disusun, sebelm diedarkan untuk kegiatan yang sebenarnya. Sebaiknya dilakukan uji coba dulu terhadap sebagaian responden kemudian dianalisa dan jika ditemui kelemahan dan keuranan perlu dilakukan revisi.
4. Kalimat dalam pertanyaan disusun yang dapat dimengerti dan diapahami oleh setiap responden ( peneliti harus tau terlebih dahulu, bagaimana perkiraan jawaban responden).
5. Alternative jawaban yang dikendaji dibuat selengkap mungkin. Misalnya, jika dikatakan alat tulis, apakah pensil, boolpoin, dll).
6. Hindari pertanyaan yang merendah atau menyinggung perasaan responden.
7. Setelah kuesioner dibuat peneliti mestinya sudah mengetahui bagaimana cara menghitung atau analisanya nanti.
Dalam penyusunan instrument umumnya atau kuesioner bertitik tolak dari variable yang dikemukakan dalam hipotesa atau masalah penelitian, dari sana kemudian baru dijabarkan kedalam item-item dan dimensi-dimensi pertanyaan. Jangan sampai mengajukan dan membuat pertanyaan yang tidak ada kaitanya dengan masalah yang sedang ditelitikarena akan merugikan dan tidak ada gunanya.
Kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan :
a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada :
1. Kuesioner terbuka, yang member kesempatan kepad responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
2. Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, yaitu:
1. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
2. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
c. Dipandang dari bentuknya, yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup.
2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
3. Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek pada kolom yang sesuai.
4. Rating-Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan. Misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju
Keuntungan Kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anonym, sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab.
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Kelemahan Kuesioner :
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, pdahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2. Sering kali sukar dicari validitasnya.
3. Walaupun dibuat anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
4. Sering kali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.
5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
Contoh Angket :
a. Bentuk Skala Liert
Bentuk ini digunakan apabila peneliti menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yang diteliti. Bentuk ini dapat dilakukan untuk penilaian kuantitatif terhadap keseluruhan atau setiap responden. Cara ini dengan menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yang ditetapkan, pertanyaannya berbentuk positif atau negative.
2. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadap-hadapan mika dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Jika peneliti akan menggunakan teknik wawancara dalam penelitiannya perlu diketahui terlebih dulu: sasaran, maksud, dan masalah apa yang dibutuhkan sipeneliti sebab dalam suatu wawancara dapat diperoleh keterangan yang berlainana dan ada kalanya tidak sesuai dengan maksud si peneliti.
Secara fisik, interview dapat dibedakan atas interview terstruktur dan tidak terstruktur. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri dari serenteten pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda cek (√) pada pilihan jawaban yang telah disiapkan. Interview terstandar kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak pula diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yang dipersilahkan memberikan tanda.
Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview Bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini adalah bahwa responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diinterview. Kelemahannya adalah arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.
b. Interview Terpimpin (Guided Interview), yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.
c. Interview Bebas Terpimpin, kombinasi antara interview bebas dan terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
Menginterview bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini pewawancara harus dapat menciptakan suasana santai tetapi serius. Artinya bahwa interview dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, tetapi tidak kaku. Suasana ini penting dijaga agar responden mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur.oleh karena sulitnya pekerjaan ini, maka perlu adanya pelatihan bagi pewawancara. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau pedoman wawancara.
Waktu mempersiapkan wawancara dengan responden perlu diperhatikan hal-hal berikut (Mardalis:1989):
a. Responden yang akan diwawancarai sebaiknya diseleksi agar sesuai dengan data yang dibutuhkan.
b. Waktu berwawancara sedapatnya dilakukan sesuai dengan kesediaan responden.
c. Permulaan wawancara sebaiknya peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan wawancara yang dilakukan.
d. Ketika bewawancara, peneliti sebaiknya berlaku seperti orang ingin tahu dan belajar dari responden dan jangan seperti orang menggurui terhadap responden. Hal ini penting untuk kelancaran wawancara.
e. Jangan sampai ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak diinginkan oleh responden.
f. Peneliti sebaiknya menunjukkan perhatian penuh terhadap pembicaraan responden. Jika terjadi pengalihan pembicaraan oleh responden peneliti dengan hati-hati meluruskannya ke sasaran pokok.
g. Melakukan penutupan pembicaraan dengan ucapan terima kasih.
3. Observasi
Observasi sering kali diartikan sebagai suatu arti yang sempit, yakni memperhatiakn sesuatu menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologig, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan penguatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, raba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Jika diperhatikan lebih lanjut, observasi atau pengamatan ini dapat dibedakan menjadi dua observasi, yaitu :
a. Observasi Partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi pengamat ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang diamatinya atau dapat dikatakan si pengamat ikut serta sebagai pemain. Pengamat mengamati sambil iktu berperan dalam kegiatan tersebut. yang perlu diperhatikan dalam observasi partisipasi ini adalah agar si pengamat tidak lupa tugas pokoknya, yaitu mengamati dan mencari data.
b. Observasi Simulasi
Diharapkan pengamat dapat mensimulasikan keinginannya pada responden yang dituju sehingga responden dapat memenuhi keinginan pengamat yang membutuhkan informasi atau data dari responden.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi yaitu:
a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat hanya memberikan tanda pada kolom tempat peristiwa muncul itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini disebut dengan sistem tanda ( sign system).
Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran sebagai sebuah potret selintas (snap shot). Instrument tersebut berisi sederetan sub_variable misalnya: guru menerangkan, guru menulis dipapan tulis, guru bertanya pada kelompok, guru menjawab, murid bertanya, dll. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya 5 menit, semua kejadian yang muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
Dalam hal ini pengamat tidak dapat memperhatikan variable yang terlalu banyak. Dengan demikian pada akhir pengamatan dapat disimpulkan di kelas mana partisipasi murid terjadi paling besar.
4. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini mengahasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Rating-scale harus diinterpretasikan secara hati-hati karena disamping menghasilkan gambaran yang kasar juga jawaban responden tidak begitu saja mudah dipercaya. Sehubungan dengan ini Bregman dan Siegel dalam Arikunto:2006 mendaftar hal-hal yang mempengaruhi ketidakjujuran jawaban responden yaitu:
a). persahabatan,
b). kecepatan menerka,
c). cepat memutuskan,
d). jawaban kesan pertama,
e). penampilan instrument,
f). prasangka.
Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. Misalnya seorang guru ditanya tentang jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah. Dia tidak akan menjawab jika dia sendiri selalu datang siang dan pulang awal.
5. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.
Dengan menggunakan serentetan kotak-kotak seperti ini pada waktu mengumpulkan data melalui catatan-catatan yang menunjukkan keadaan karyawan atau pegawai yang menjadi subjek penelitian memberikan tanda centang pada kotak yang sesuai. Untuk merekam data dari beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama subjek dibawah kotak-kotak tersebut yang dalam setiap aspek dijadikan sebagai judul table.
a. Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikimpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan data yang dimaksud.
Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode utama apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi . untuk penelitian dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi juga mempunyai kedudukan penting. Jika peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan.