Sejarah Dan Perkembangan Ergonomi
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dan segi ilmu saja. Oleh sebab inilah untuk mengembangkan Ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin antara lain, psikologi, antopologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, dan lain‑lain. Masing‑masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi diatas, dan menggunakan pengetahuan untuk merancang fasilitas sedemikian rupa sehingga mencapai kegunaan yang optimal.
Bidang kajian Ergonomi
Sesuai dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan tadi, maka dapat dikatakan bahwa kajian ergonomi adalah prilaku manusia sebagai objek utama dengan prinsip Fitting the job the man. Ada perbedaan literatur dalam penentuan bidang‑bidang kajian ergonomi dan pada prinsipnya perbedaan tersebut tidaklah signifikan, hanya terdapat perbedaan dalam pengelompokan prilaku‑prilaku manusianya berkaitan dengan adanya bidang penyelidikan yang telah dilakukan, maka ergonomi dikelompokan atas empat bidang penyelidikan yaitu :
Penyelidikan tentang display (tampilan)
Display (tampilan) adalah suatu perangkat antara penyajian informasi yang diberikan tentang keadaan lingkungan dan mengkomunikasikan pada manusia dalam bentuk tanda‑tanda, lambang, angka dan sebagainya. Gambar ini dapat disajikan dalam bentuk statis, misal rambu‑rambu lalu lintas atau peta menggambarkan suatu kota.
Penyelidikan hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya
Dalam hal penyelidikan aktivitas‑aktivitas kerja manusia dan kemudian mempelajari cara mengukur dari aktivitas tersebut, dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik
Penyelidikan mengenai tempat kerja.
Agar memperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia maka ukuran‑ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Hal‑hal yang bersangkutan dengan tubuh manusia ini dipelajari dalam anthropometri.
Penyelidikan mengenai lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruang dan fasilitas-fasilitas biasa digunakan oleh manusia serta kondisi lingkungan kerja yang kedua‑duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.
Dalam pengelompokan bidang kajian ergonomi secara lengkap mencakup seluruh prilaku manusia dalam bekerja adalah kajian ergonomi yang dikelompokan oleh Dr. Ir. lftikar Z. sutalaksana, adalah sebagai berikut :
A. Anthropometri
Anthropometri berasal dari bahasa yunani dengan kata anthropos (manusia) dan Metron (Ukuran). Anthropometri yang mengkaji tentang dimensi tubuh manusia yang informasinya digunakan atau diperlakukan untuk perancangan satu sistem kerja yang anthropometris. Sehingga manusia atau pekerja dapat kemudahan, kenyamanan, dan keamanan dari suatu pekerjaan. Setiap data anthropometri selalu berbeda‑beda untuk setiap individu.
B. Faal Kerja
Prilaku manusia yang dibahas pada Faal kerja adalah reaksi tubuh manusia selama bekerja khususnya mengenai energi yang dikeluarkan. Energi yang diperoleh manusia dan makanan yang dimakannya melalui berbagai tahapan metabolisme pada sistem perencanaan, zat‑zat yang mengandung energi yang disimpan dalam bentuk lemak dan glikogen. Untuk keperluan‑keperluan bekerja glikogenlah yang berperan besar dalam mengeluarkan energi, sedangkan darah membawa O2 untuk dikirim ke otot‑otot tubuh yang memerlukan.
Adapun prilaku yang membahas tentang faal kerja ini adalah kelelahan kerja dan fatique otot.
C. Biomekanika kerja
Untuk mengkaji prilaku tubuh manusia dalam biomekanika kerja dari aspek-aspek mekanika gerakan anggota‑anggota tubuhnya secara sederhana dapat dikatakan bahwa biomekanika kerja berhubungan dengan kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan kemampuan otot dalam berinteraksi dengan aspek‑aspek mekanika yang ditimbulkan oleh kerja.
Dalam dunia pekerjaan, untuk bidang‑bidang biomekanika adalah kekuataan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan dan daya tahan jaringan‑jaringan tubuh terhadap beban.
D. Penginderaan
Secara biologis, manusia dikenal hanya mempunyai lima indera yaitu penglihatan, penciuman, perasa, pendengaran dan peraba. Mata merupakan alat indera yang sangat banyak dipakai dalam pekerjaan‑pekerjaan di industri, yaitu sekitar 85% dikuti oleh telinga. Didalam ergonomi aspek penginderan dikaji terutama untuk mengetahui apa yang menjadi kelemahan dari masing‑masing indera dalam menghadapi sistem kerja yang akan dibuat.
E. Psikologi kerja
Dalam psikologi kerja dibahas mengenai kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja yaitu menyangkut apa yang disebut dengan faktor‑faktor dari atau sifat diri seseorang. Yang termasuk faktor diri yaitu jenis kelamin, usia, motivasi, pendidikan, kepribadian, dan lain-lain. Sehingga masalah faktor diri dikaji dalam ergonomi, karena faktor diri setiap manusia berbeda‑beda dan karenanya mempunyai "bawaan" khas pula untuk bekerja. Ketidakcocokan dangan pekerjaan dapat menyebabkan timbulnya stres, frustasi dan lain‑lain yang menyebabkan timbulnya penurunan produktivitas pekerjaan.
Anthropometri
Anthropometri adalah hal-hal yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh manusia. Anthropometri terbagi atas dua bagian, yaitu :
Anthropometri Statis
Anthropometri statis adalah dimensi tubuh manusia yang saat diukur dalam keadaan statis atau diam. Adapun yang menjadi ukuran‑ukuran yang diperoleh adalah panjang linier, tebal dari tubuh manusia atau lingkungan dan tubuh manusia.
Dalam pengukuran standar Anthropometri statis sangat sulit untuk ditetapkan karena adanya perbedaan bidang kerja dalam perbedaan teknik yang digunakan. Standar ukuran‑ukuran yang dibuat berdasarkan salah satu dan dua standar postur Anthropometri adalah sebagai berikut :
Postur Anthropometri standar
Dalam pengukuran standar anthropometri statis sangat sulit untuk ditetapkan karena adanya perbedaan bidang kerja dalam perbedaan teknik yang digunakan. Pada saat ini definisi yang dapat diklaim sebagai standar, pengukuran anthropometri statis adalah definisi oleh Hertzberg et al, (1963). Standar ukuran-ukuran yang dibuat berdasarkan salah satu dan dua standar postur anthropometri adalah sebagai berikut :
- Postur duduk standar
- Posisi duduk tegak
- Pandangan lurus ke depan
- Bahu dalam keadaan santai
- Lengan atas vertikal dan lengan bawah dalam posisi horizontal (membentuk sudut)
- Paha dalam keadaan horizontal dan betis vertikal
Postur berdiri standar :
- Subyek berdiri tegak
- Pandangan lurus ke depan
- Bahu dalam keadaan santai
- Posisi berdiri bebas dari tembok, alat ukur
- Lengan berada di sisi tubuh dalam keadaan santai
Pengaruh pakaian pada pengukuran
Pada dasarnya dalam pengukuran anthropometri dilakukan atas subjek dalam keadaan tidak berpakaian atau hanya berpakaian tipis tetapi dari hasil rancangan biasanya digunakan oleh orang‑orang yang dalam keadaan berpakaian. Untuk jenis pakaian yang digunakan oleh pengguna perancangan tersebut bermacam-macam baik pakaian tipis maupun pakaian tebal. Apabila jenis pakaiannya akan mempengaruhi ukuran‑ukuran anthropometri, begitu juga pada sepatu sangat besar pengaruhnya pada hasil perancangan ketinggian tempat kerja. Untuk ukuran perancangan yang menggunakan pakaian khusus atau sepatu tertentu, maka perlu adanya penyesuaian pada ukuran‑ukuran perancangan terutama pada pakaian tebal dan sepatu dengan hak tinggi biasanya sepatu tersebut banyak digunakan oleh kaum wanita maka perlu adanya perancangan dengan mempertimbangkan keaneka ragaman atau perubahan ketebalan pakaian maupun ketinggian hak sepatu, sehingga rancangan tersebut dapat digunakan oleh kaum pria maupun wanita.
Anthropometri dinamis
Anthropometri dinamis adalah anthropometri dimana pada saat dimensi manusia yang diukur pada saat melakukan aktivitas atau pekerja. Biasanya pengukuran anthropometri dinamis ini dilakukan pada saat melakukan studi yang memiliki tujuan tertentu.
Pada jangkauan dinamis pada lingkup daerah atau ruang kerja yang diberikan oleh dimensi dengan tiga koordinat, pada ruang ini dinamakan workspace envelope. pengukuran jangkauan kerja (workspace envelope) merupakan ruangan yang spesifik di situasi yang dimana pengukuran dilakukan.
Jangkauan dinamis ini dapat dikarakteristikan menjadi koordinat tiga sumbu dari volume suatu ruang, volume ini disebut juga workspace envelope. Jangkauan dalam posisi berdiri merupakan masalah keseimbangan tubuh, sebab jangkauan envelope dibentuk dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh dari posisi tersebut. Salah satu faktor tersebut yaitu berat tangan akan menghambat gerakan jangkauan.
0 komentar:
Posting Komentar